Kamis, 12 Februari 2015

MAKALAH (SASTRA ARAB PADA ZAMAN BANI UMAYYAH)

KESUSASTRAAN ARAB II
(SASTRA ARAB PADA ZAMAN BANI UMAYYAH)




oleh
Kelompok VIII :

Nurjannah Nawawi
Riska Damayanti
Masriadi

JURUSAN SASTRA ASIA ARAB
FAKULTAS SASTRA
UNVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2013




KATA PENGANTAR

Sembah sujud kami hanturkan kepada Allah, atas raga, atas jiwa, atas indra, atas segala karunia. Tidaklah saya bisa menyelesaikan makalah ini melainkan atas izin-Mu Ya Allah.,karena itu jagalah keikhlasan hati saya agar bisa memberi manfaat bagi siapapun yang berkenan membacanya, terlebih lagi kepada yang menuliskannya.

Shalawat serta salam, akan tetap tercurah kepada junjungan kami Rosulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Terima kasih ya Nabi, atas risalah yang kau wariskan kepada saya.Terima kasih yaa Rosul, atas segala jerihmu untuk menyinari kegelapan dunia ini, atas segala darahmu yang tertumpah demi menyelamatkan kami. Tak ada yang bisa kami lakukan untuk membalas segala jerih, peluh, air mata dan darahmu, selain hanya senandung syahdu dari lisan dan hati kami : Allhumma Shalli ‘Ala Muhammad, Ya Allah limpahkanlah shalawat atas junjungan kami Nabi Muhammad SAW.

Serta ucapan terima kasih kepada dosen yang mengajar di mata kuliah “Kesusastraan Arab 1Idengan kemurahan hatinya dapat meluangkan waktu untuk memberikan ilmu kepada kami.Dengan ilmunya, kami dapat menulis makalah ini.Serta kami juga menerima kritik dan saran dari para pembaca, agar kami dapat memperbaiki makalah ini.


Penulis


BAB I PENDAHULUAN

1.        Latar Balakang
Sastra arab adalah hasil kebudayaan bangsa asia barat yang telah berumur ribuan tahun,  dari dulu hingga sekarang bahasa arab terus mengalami perkembangan yang cukup signifikan bahkan keberadaannya sekarang bisa menyaingi sastra-sastra yang ada didunia. Kenyataan itu dibuktikan dengan penerimaan penghargaan nobel yang diterima oleh Najib Mahfiud pada tahun 1988. Sastra arab mempunyai peranan penting dalam perkenbangan kebudayaan khususnya di kawasan timur tengah (asia barat). Pada zaman arab klasik, sastra merupakan alat kebanggaan bagi setiap warga arab, orang merasa bangga ketika bisa menghasilkan sebuah karya sastra yang nantinya diikutlombakan dikota-kota, dan barang siapa yang karyanya bagus nantinya akan di pajang di dinding ka’bah dengan tinta emas dan itu menjadi suatu kebangga bagi setiap orang yang menerimanya sehingga orang akan berlomba-lomba untuk mmbuat karya sastra, bahkan sudah menjadi kebiasaan orang datang kepasar-pasar itu hanya untuk mendengarkan dongeng-dongeng ataupun syair-syair dari para sastra yang mereka bacakan dipasar-pasar.
Pada abad ke enam masehi datanglah islam yang dimotori oleh nabi Muhammad SAW dengan membawa kitab suci Al-Qur’an yang merupakan kitab yang memiliki nilai sastra yang sangat tinggi. Kedatangan nabi ini membawa perubahan yang sangat besar terhadap kebudayaan arab tidak terkecuali sastra yang menjadi hobi bagi masyarakat arab.
Keberlangsungan sastra terus berkembang ketika memasuki zaman sahabat-sahabat nabi,  bahkan ketika itu muncul berbagai ilmu-ilmu pengetahuan yang menjadi penunjang untuk mengupas kedalaman sastra yang terkandung didalam al-Quran, seperti ilmu Balaghah, Mantiq, asbab an-Nuzul dan sebagainya. Hingga kini keberadaan sastra dapat kita rasakan, bahkan bentuknya dapat kita nikmati dengan berbagai varian, mulai dari yang berbentuk tulisan, gambar, hingga gambar visual seperti film.

2.        Rumusan Masalah

a.       Apa faktor-faktor yang mendorong sastra pada zaman Bani Umayyah
b.       Bagaimana kondisi bangsa Arab pada zaman Bani Umayyah
c.       Bagaimana bentuk-bentuk sastra Arab pada zaman Bani Umayyah
d.       Bagaimana perkembangan puisi pada zaman Bani Umayyah
e.       Apa tujuan puisi pada zaman Bani Umayyah
f.        Tokoh-tokoh penyair pada zaman Bani Umayyah

3.       Tujuan Penulisan

a.       Mengetahui faktor-faktor pendorong sastra pada zaman Bani Umayyah
b.       Memahami kondisi pada zaman Bani Umayyah
c.       Mengetahui bentuk-bentuk sastra Arab pada zaman Bani Umayyah
d.       Memahami perkembangan dan tujuan puisi pada zaman Bani Umayyah
e.       Mengenal tokoh-tokoh penyair pada zaman Bani Umayyah
f.        Memenuhi kewajiban dari dosen mata kulaih Kesusastraan Arab




BAB II PEMBAHASAN

A.      Faktor-Faktor Pendorong pada Zaman Bani Umayyah

Berikut ini merupakan faktor-faktor yang mendorong sastra pada masa bani Umayyah:
1.    Muculnya partai-partai atau golongan-golongan politik, sehingga setiap partai atau golongan memiliki penyair yang mendukung dan membela golongan atau partai politiknya.
2.     Kembalinya rasa fanatisme kesukuan diantaraa kaum-kaum muslimin pada waktu itu.
3.    Munculnya persatuan dari sebagian penyair untuk berusa menjadi penyair dan puisi sebagai sarana mencari penghidupan.
4.   Persaingan antar penyair untuk berusaha menjadi penyair paling unggul dan berkualitas, sehingga mereka mendapat hadiah atau imbalan dari kholifah atau para pemimpin satu golongan atau satu partai.
5.   Kehidupan yang makmur menyebabkan para penyair merubah jenis puisinya pada puisi tentang cinta , disertai menjamurnya tempat-tempat hiburan.
6.    Munculnya majlis kritik sastra yang bisa menimbang puisi dan menganalisisnya. Akhirnya para kritikus ini menempatkan satu penyair diatas yang lain yang berimplikasi dengan usaha para penyair untuk memperbaiki puisinya agar tidak menjadi bahan pelecehan bagi para kritikus.


B.      Kondisi Sastra pada Zaman Bani Umayyah

Kondisi pada masa pemerintahan Umayyah ini dapat di lihat dari beberapa aspek, yakni:
a)      Kondisi agama

Pada masa Umayyah kita dapat melihat cikal bakal gerakan-gerakan filosofis keagamaan yang berusaha menggoyahkan pondasi agama islam. Yaitu yang Pertama Pada abad 8, di  basrah hidup seorang tokoh yang terkenal bernama Washil Ibnu Atho’ seorang pendiri madzhab rasinalisme kondang yang di sebut Mu’tazilah. Orang mu’tazilah (pembelot, penentang) karna mendakwahkan ajaran bahwa siapapun nyang melakukan dosa besar dianggap telah keluar dari barisan orng yang beriman, tapi tidak menjadikan kafir, dalam hal ini orang berada dala kondisi pertengahan antara kedua status itu.Kelompok kedua Qodariyah Aliran ini terkenal dengan pemikiran Free Will dan Free act (kebebasan berkehendak dan berbuat). Ketiga Khowarij, yang berpandangan bahwa orang berbuat dosa besar adalah kafir dan wajib di bunuh. Keempat Syi’ah, merupakan salah satu dari dua kubu islam pertama yang berbeda pendapat dalam persoalan kekholifahan.

Para pengikut Ali ini membentuk kelompok yang solid pada masa dinasti Umayyah. System imamah kemudian menjadi unsure penbeda antara kaum sunni dan kaum syi’ah. Kelima Murji’ah yang berpendapat bahwa orang berdosa besar tetap masih mukmin dan bukan kafir. Permasalahan dosa yang dilakukan dikembalikan pada Allah SWT untuk mengampuni atau tidak

b)     Kondisi social

Pada masa pemerintahan Umayyah kondisi social di bagi menjadi empat 4 kelas social.Kelas tertinggi, kelas ini biasanya diiisi oleh para penguasa islam. Kedua tingkatan di bawahnya, tingkatan ini di isi oleh para muallaf yang mask islam. Golongan yang ketiga adalah golongan para sekte-sekte dan para pemilik kitab suci atau di sebut juga dengan ahl dzimmah, dan yang terakhir ke empat adalah golongan paling rendah yaitu  golongan para budak.

c)      Kondisi politik

Pada masa pemerintahan Umayyah, tiga partai politik (zubariyin, khowarij, dan syi’ah) telah membentuk seputar pemikiran atau persepsi tentang kekholifahan yang lebih berhak dikalangan kaum muslimin. Adapun dalam partai politik Zubariyyin pengikut Abdurrohman Zubair memandang akan mengembalikan mengembalikan kekholifahan ke daereh Hijaz, dan akan memerintah salah satu sahabat dikalangan yang pertama, bukan Yazid Ibnu Muawiyyah. Sedangkan pertai politik Khowarij di Irak berpendapat akan mengembalikan kholifah pada kaum arab dan muslim untuk memerintah atas merekaorang-orang yang lebih pantas atas kepemimpinan itu.selain itu, partai politik Syi’ah juga ingin mengembalikan kekholifahan pada bani Hasyim, yaitu ahl bait Rosululloh dan para sahabat yang sebenarnya. Jadi pada masa pemerintahan Umayyah suasana politik sangat mendominasi penguasaan pada saat  itu, sehingga banyak tercurahkan untuk menyeesaikan masalah politik.

d)     Kondisi ekonomi

Mereka banyak mengandalkkan perniagaan mereka antar daerah, selain itu juga mereka banyak mendapatkan fa’I dari negara, sehinnga secara ekonomi mereka merasa berkecukupan.

e)      Kondisi sastra

Kelahiran islam di tanah arab membawa pengaruhbesar terhadap kesustrataan arab, diantaranya adalah sebagai berikut:
  1. Penghapusan sebagai corak kesustrataan arab jahiliyyah.
  2. Menciptakan suatu corak baru yang sesuai dengan islam.
  3. Mengembangkan coirak lama yang sesuai dengan islam.
Adapun yang dihapus oleh islam seperti puisi yang berupa mantrayang digunakan oleh dukun. Dan corak baru yang diciptakan oleh masa ini adalah timbulnya macam-macam cabang peratuyran dan undang-undang seperti ilmu ‘Arud, balaghoh, ilmu nahwu dll. Sedagkan corak lama yang dikemmbangkan adalah dalam bidang puisi dan khutbah, karna keduanya ini sangat berpenngaruh dalam perluasan dakwah islam.


C.       Bentuk-bentuk puisi Arab pada zaman Bani Umayyah

1.       Diksinya (pengucapannya)
Bersih, jernih, dan tepat karena dekat dengan nabi.Puisi umayyah bebas dari istilah-istilah yang asing dan rumit atau pelik.

2.       Isi
Puisi pada masa ini Tidak ketat dalam hal pujian terhadap wanita-wanita kesayngan mereka, bahkan menjadi kebiasaan baku. Dan dari sini lahirlah jenis puisi baru (ghazal).

3.       Politik sya’ir
Membanggakan diri dan kaumnya sambil mencela dan mengejek individu lainya

4.       Keistimewaan
a.    Makna dan ide (kebanyakan para penyair berstandar/ bertumpu pada makna-makna jahiliyah. Idenya juga bertujuan untuk haja’ dan fakhr).
b. Gambaran dan imajinasi (imajinasinya disandarkan pada lingkungan Arab dan sebagian penyair dipengaruhi oleh Al-Qur’an)
c.    Lafadz (kefasihan ungkapan penyair dalam fakhr dan haja’, bersifat manis dan lembut dalam puisi cinta).
d.  Struktur qasidah (sama seperti masa jahiliyah, dilihat dari sisi banyaknya tujuan. Kecuali Hijaz yang khusus pada puisi cinta).


D.      Perkembangan Puisi pada zaman Bani Umayyah.

Dalam periode Umayyah kegiatan penciptaan dan pembacaan puisi semakin meningkat.Ada dua faktor yang menyebabkan perkembangan ini.

Pertama adalah futuhat (penyebaran islam)awal telah menyebabkan kekuasaan islam meliputi penduduk non arab dan banyak dari mereka yang telah masuk islam. Pemahaman mereka terhadap bahasa arab yang jauh dari sempkurna, menjadikan pemahaman mereka atas islam juga berkurang, sebagai konsekuensi Negara islam harus memajukan pemahaman atas bahasa arab. Pepopleran puisi merupakan salah satu cara untuk mencapai tujuan itu.

Kedua, para kholifah Umayyah sendiri memang menggemari puisi, dan mereka member hadiah-hadiah besar kepada para penyair yang menciptakan pkuisi-puisi pujian bagi mereka, atau yang menghsilkan puisi-puisi yang indah. Muawiyah, Abdul Malik, dan Hisyam sangat menggemari puisi, dan banyak membantu npara penyair serta mempopulerkan karya-karya mereka. Pada periode inilah jarir dan Farozdaq, penyair besar pada zaman Umayyah, memsunculkan dua kelompok dalam amsyarakat yang masing-masing menggemari salah satu penyair, dan tiap-tiap kelompok ini akan membaca puisi-puisi penyair favorit masing-masing guna membuktikan keunggulan penyair mereka.

Pada masa ini dilakukan upaya pertama untuk menghimpun puisi-puisi pra-islam yang dikerjakan oleh Hammad, lahir di Kuffah dan merupakan anak seorang tawanan perang Persia, serta berbicara bahasa arab dengan menggunakan dialeg Persia. Namun, dalam catatan arab dia lebih dkenal sebagai orang yang sangat kuat ingatannya. Atas permintaan Al-Walid II, ia membawakan puisi-puisi jahiliyah dengan akhiran huruf yang sama, dan untuk masing-masing huruf setidaknya terdiri atas 100 puisi yang berbeda-beda. Setelah mendengar sendiri sekitar 2900 Qhosidah, diriwayatkan bahwa Al-Walid merasa puas dan memberikan hadiah sebesar 100 ribu dirham kepada Hammad. Warisan terbesar Hammad adalah himpunan puisi Emas berlirik, yang dikenal dengan Mu’allaqat.dikepalai oleh Al-Farozdaq dan Jarir, dan sekolah puisi di ibu kota kerajajaan di keplai oleh Al-Akhtal. Ketiganya lahir dan besar di Irak. Mereka adalah para pengubah puisi satir dan puisi pujian .Sebagai penyair, ketiganya merupakan yang terdepan diantara para penyair unggulkan sebelum mereka.


E.      Tujuan Puisi pada zaman Bani Umayyah.

Karena banyaknya penyair yang menjadi penyambung lidah para pimpinan goongan-golongan, maka tidak heran kalu kebanyakan tujuan dari penyair pada masa Umayyah kembali pada masa jahiliyah, seperti kebanggaan terhadap kabilah , pencaci makian.

Pada masa awal islam tujan dari puisi adalah untuk penyebaran agama islam , memuji Nabi dan Khulafaurrosidin, mencela musuh-musuh nabi dan hal-hal untuk membela islam. Tetapi dengan berdirinya pemrintahan Umayyah, dengan mengguakan politik arab yang terkuat, karena itu pada masa ini merupakan suatu dagangan yang sangat menguntungkan. Maka para penyair berduyun-duyun mengharap para kholifah atau pimpinan kabilah dan majlis-majlis kholifah.Karena pemberian inilah para penyair menjadi kaya raya.

Pada masa ini muncul tujuan baru dari puisi-puisi yakni :
1.       Syi’ir Siyasi

Syair siyasi muncul pada masa Umayyah.Dimana didalamnya terdapat unsure mendukung suatu partai tertentu dalam menghadapi partai lawannya. Para penyair menjadi penyambung aspirasi resmi bagi setiap kelompok dengan makna-makna ynag mengandung argumentasi agama dan kepantingan kelompok yang disampaikan dengan gaya bahasa yang tegas, kuat dan tajam.

2.       Syi’ir naqoid

Puisi satire di mana satu satu individu membanggakan diri dan kaumnya sambil mencela dan mengejek individu lainya. Sebagai reaksi, individu yang dicela membalas dengan membela diri dan membanggakan kaumnya disertai dengan celaan bagi penyair lawannya

3.       Syi’ir Ghozal

Puisi jenis ini berkembang menjadi puisi jenis bebas yang menghusuhkan pada qosidah-qosidah.Puisi cinta ini terdiri dua jenis yaitu puisi kebebasan cinta dan puisi cinta murni tanpa hasrat.Puisi cinta ini tersebar di aderah perkotaan yang menceritakan tetang sifat-sifat tubuh dan petualangan cinta.Penyair terkenal pada jenis ini adalah Umar Ibnu Abi Robi’ah. Sedangkan puisi puisi cinta tentang kesucian tersebar di daerah pedalaman, puisi ini berbicara tentang kepedihan  yang mendalam karena cinta dan perpisahan. Penyair yang terkenal pada jenis ini adalah Qois Ibnu Al-Mulawwih yang dikenal dengan (Qois Laila) dan Jamil Ibnu Mu’ammar yang dikenal dengan (Bi Jamil Batsinah).

F.       Tokoh-tokoh Penyair pada zaman Bani Umayyah

Pada pemerintahan Umayyah terdapat beberepa deretan nama penyair yakni yang akan di paparkan dibawah ini.
Penyair-penyair terkenal pada masa ini diantaranya:
1.       Al-akhthal

Nama lengkapnya yaitu Abu Malik Ghiyats al-Akhthal ibn Ghauts al-Tsaghlabi al-Nasrani.Dilahitkan disebuah tempat di utara Siria yang bernama Hirah (Sergiopolis).

2.       Al-Farazdaq

Nama lengkap Hammam bin Ghalib Abu Firas,  tetapi biasa dikenal sebagai al-Farazdaq.  Ia lahir di Kadhima (sekarssang Kuwait) dan tinggal di Basra. Farazdaq adalah salal satu di antara Penyair Muslim besar di Istana Kekhalifahan Bani Umayyah Timur, selain Jarir dan al-Akhtal.Ia adalah anggota Darim (dewan sesepuh) salah satu divisi paling terhormat di Bani Tamim, dan ibunya berasal dari suku Dabbah. Kakeknya Sa’sa’ adalah seorang Badui terkenal, ayahnya Ghalib mengikuti cara hidup yang sama hingga Bashrah didirikan, dan terkenal akan kelemahlembutannya.

Pada usia 15, Farazdaq dikenal sebagai penyair, dan meskipun pernah diminta oleh khalifah Ali bin Abi Thalib untuk bercurah pada studi al-Qur’an, ia segera kembali membuat puisi. Dalam jiwa Badui yang sesungguhnya ia banyak mencurahkan bakat ke satir dan menyerang Bani Nahshal dan Bani Fuqaim. Saat Ziyad, anggota suku yang terakhir, menjadi gubernur Basra pada tahun 669, penyair itu dipaksa pergi, pertama ke Kufah, dan kemudian, karena masih dekat dengan Ziyad, ke Madinah, wadi mana ia masih diterima oleh emir kota itu, Sa’id bin al-’Ash. Ia tetap di sana hingga 10 tahun, menulis satir pada suku Badui, namun menghindari politik kota.

Namun kehidupannya tidak keruan, dan syair-syairnya yang tajam menyebabkannya diusir oleh khalifah Marwan I. Tepat pada saat itu ia mengetahui kematian Ziyad dan kembali ke Bashrah, di mana ia dijamin oleh pengganti Ziyad Ubaidillah bin Ziyad. Sebagian besar puisnya sekarang bercurah ke urusan matrimonial.Ia mengambil keuntungan dari kedudukannya sebagai pengawal dan menikahi keponakannya Nawar terhadap keinginannya. Ia mencari pertolongan dari pengadilan Basra dan dari sejumlah suku. Semua akut akan satire penyair itu. Awalnya Nawar lari ke Makkah dan meminta bantuan ‘Abdullah bin Zubair, yang berhasil menyebabkannya setuju pada konfirmasi pernikahan itu.

Pertentangan terjadi lagi.Farazdaq mengambil isteri lagi, setelah kematiannya menikah lagi. Awalnya ia setuju pada perceraian yang diserukan oleh Hasan al-Bashri. Masalah lain memunculkan sederetan puisi panjang dengan judul Naqaid al-Jarir wa al-Farazdaq. Dalam kehidupan politik Farazdaq dicegah dari ketakutan dengan mengambil bagian besar. Namun, nampaknya ia tak terikat pada keluarga Ali. Selama pemerintahan Muawiyah I ia menghindari politik, namun kemudian memberi dukungan pada ‘Abdullah bin Zubair.


3.       Jarir

Bernama lengkap Jarir ibn `Atiyah al-Khatfi al-Tamimi Al-Najdi .Ia lahir pada tahun 650 M ketika Islam berada pada masa pemerintahan Utsman bin Affan. Ia berasal dari suku Kulaib, yakni bagian dari suku Banu Tamim. Ia lama tinggal di al-Yamamah, tetapi kemudian ia banyak menghabiskan waktunya di Damaskus. 

Di Damaskus inilalh, ia dikenal sebagai salah satu penyair satiris besar pada masa kekhalifahan Bani Umayyah Timur berkat kedekatannya dengan al-Hajjaj bin Yusuf, salah satu Gubernur Irak. Kesastrawananannya menonjol dan populer ketika ia berpolemik dengan beberapa penyair Bani Umayyah lainnya, yakni Farazdaq (Muslim) dan al-Akhtal (Kristen).        

Sebagai sastrawan, ia banyak menikmati kehidupan bebasnya, terutama pada masa kekhalifahan Abd al-Malik, al-Walid I, serta Umar II. Ia wafat pada tahun 728 M.

4.       Umar ibn Abi Rabi’ah

Nama lengkapnya yaitu Abu al khitob Umar ibn Abdillah ibn Abi Rabi’ah al Quraisy al Makhzumi. Seorang penyair quraisy dan salah seorang penyair ghazal yang khusus menggambarkan tentang keadaan perempuan.Dilahirkan di Madinah pada malam wafatnya Sayyidina Umar ibn Khatab.Ibunya nasrani dan ayahnya seorang pedagang yang kaya dan bekerja pada rasulullah serta pada tiga khalifah setelah rasulullah.

5.       Al-Kumait

Penyair yang mengkhususkan diri dalam hal cerita tentang nasab.Nama lengkapnya adalah Abu al musahhal al Kumait ibn Zais al Asadi al kufi, seorang penyair terkenal dari golongan syi’ah al hasyimiyah dan pendorong fanatime adnaniyah atas qathaniyah. Di lahirkan tahun 60 H dan tumbuh berkembang di kufah diantara kaumnya bani as’ad yaitu salah satu bani kabilah arab yang fasih dari bani mundhordia bias menerima bahasa Arab, ahu tentang sastra hikayat dan ilmu nasab arab sejak kecil sudah senang berpuisi.

6.       Ibnu Ruqiyat

Nama lengkapnya adalah ubaidillah ibn qa’is AL ruqiyat dilahirkan di makkah pada tahun 12 H (633 M) pada tahun 38 H dia dipindah ke Iraq. Akan tetapi ketika terjadi peperangan sengit diantara bani bakr dan bani taghlb dia pindah dari Iraq ke palestina, lalu kembali ke Iraq setelah itu.Ibnu ruqiyat termasuk penyair dari partai Abdullah ibn Zubair.Dalam salah satu puisinya penyair ini menyatakan rasa kebenciannya yang mendalam terhadap golongan bani Umayyah atas segala kedzaliman yang dilakukan terhadap kaum muslimin pada masa itu.

7.       Al-Nabighah al-syaibhani

Bernama lengkap abu laila hasan qais ibn Abdullah al ja’diyal Amiry, salah satu pendahili yang panjang umurnyadan salah satu penyair hadramain. Dia adalah salah satu penyair dari bani ja’dah ibn ka’ab ibn rabi’ah yang hidup pada masa jahiliyah dan masa awal islam.

Dia tidak dapat berpuisi pada masa jahiliyah, akan tetapi pada masa awal islam dapat berpuisi sehingga mendapat julukan an nabighah. Dia mengikuti agama Ibrahim dan hidup lama pada masa islam sampai masa utsman ibn affan.



BAB III PENUTUP

A.      Kesimpulan

Pada masa Bani Umayyah kemajuan intelektual paling penting selama periode ini terjadi pada bidang penulisan puisi fakta bahwa kelahiran islam tidak mendukung aktivitas kepenyairan terbukti dari tiadanya gairah para penyair untuk mengubah puisi ketika umat islam mendapatkan sukses gemilang selama masa penaklukkan dan perluasan, sehingga gambaran arab sebagai “ negeri para penyair” tidak tampak sama sekali.
Dengan naiknya dinasti umayyah kepanggung kekuasaan, keterkaitan lama dengan dewi-dewi anggur, lagu, dan puisi kembali di bangun. Untuk pertama kalinya, penyair cinta benar-benar menampakkan eksistensinya dalam literatur arab. Sementara kebanyakan para penulis pra islam menyisipkan kata-kata pengantar pada puisi-puisi panjang mereka dengan beberapa bait bernuansa erotis, tidak satupun dari mereka dapat dikatakan memiliki kecakapan khusus dalam mengubah puisi ghazal. Dimlai dari kata pengantar cinta (nasib) dalam qosidah ini, puisi arab bersajak muncul dibawah pengaruh para penyanyi Persia dan meniru gaya mereka.
Pada masa bani Umayyah, sastra islam sebenarnya berkembang tapi tidak begitu kelihatan.


B.      Saran
Pemakalah sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini.Oleh sebab itu, pemakalah berharap agar pembaca senantiasa menyampaikan masukannya kepada kami, baik itu berupa kritik atau saran. Masukan dari pembaca dapat kami gunakan sebagai rujukan dalam pembutan makalah selanjutnya yang semoga dengan masukan tersebut dapat menuntun kami untuk membuat makalah yang jauh lebih baik

DAFTAR PUSTAKA

- Hadi, Adi Mathla’ul.2012.  Sastra Arab dari Klasik Hingga Modern. (Online) (http://wartawanpendidikan.wordpress.com/2012/04/28/sastra-arab-dari-klasik-hingga-modern/).Diakses 28 September 2013
- Arinaistiqomah. 2010. Kondisi Kesusastraan Masa Umayyah. (Online) (http://arinaistiqomah.blogspot.com/2010/10/kondisi-kesusastraan-masa-umayyah.html) . Diakses 28 September 2013











Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar