KESUSASTRAAN
ARAB II
(SASTRA ARAB
PADA ZAMAN BANI UMAYYAH)
oleh
Kelompok VIII :
Nurjannah
Nawawi
Riska Damayanti
Masriadi
JURUSAN
SASTRA ASIA ARAB
FAKULTAS SASTRA
UNVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2013
KATA
PENGANTAR
Sembah sujud kami hanturkan kepada Allah, atas raga, atas jiwa, atas indra,
atas segala karunia. Tidaklah saya bisa menyelesaikan makalah ini melainkan
atas izin-Mu Ya Allah.,karena itu jagalah keikhlasan hati saya agar bisa
memberi manfaat bagi siapapun yang berkenan membacanya, terlebih lagi kepada
yang menuliskannya.
Shalawat
serta salam, akan tetap tercurah kepada junjungan kami Rosulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam. Terima kasih ya Nabi, atas risalah yang kau wariskan kepada
saya.Terima kasih yaa Rosul, atas segala jerihmu untuk menyinari kegelapan
dunia ini, atas segala darahmu yang tertumpah demi menyelamatkan kami. Tak ada
yang bisa kami lakukan untuk membalas segala jerih, peluh, air mata dan
darahmu, selain hanya senandung syahdu dari lisan dan hati kami : Allhumma
Shalli ‘Ala Muhammad, Ya Allah limpahkanlah shalawat atas junjungan kami
Nabi Muhammad SAW.
Serta
ucapan terima kasih kepada dosen yang mengajar di mata kuliah “Kesusastraan
Arab 1I” dengan kemurahan hatinya dapat
meluangkan waktu untuk memberikan ilmu kepada kami.Dengan ilmunya, kami dapat
menulis makalah ini.Serta kami juga menerima kritik dan saran dari para
pembaca, agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
1.
Latar Balakang
Sastra arab adalah hasil kebudayaan
bangsa asia barat yang telah berumur ribuan tahun, dari dulu hingga
sekarang bahasa arab terus mengalami perkembangan yang cukup signifikan bahkan
keberadaannya sekarang bisa menyaingi sastra-sastra yang ada didunia. Kenyataan itu
dibuktikan dengan penerimaan penghargaan nobel yang diterima oleh Najib Mahfiud
pada tahun 1988. Sastra arab mempunyai peranan penting dalam perkenbangan
kebudayaan khususnya di kawasan timur tengah (asia barat). Pada zaman arab
klasik, sastra merupakan alat kebanggaan bagi setiap warga arab, orang merasa
bangga ketika bisa menghasilkan sebuah karya sastra yang nantinya
diikutlombakan dikota-kota, dan barang siapa yang karyanya bagus nantinya akan
di pajang di dinding ka’bah dengan tinta emas dan itu menjadi suatu kebangga
bagi setiap orang yang menerimanya sehingga orang akan berlomba-lomba untuk
mmbuat karya sastra, bahkan sudah menjadi kebiasaan orang datang kepasar-pasar
itu hanya untuk mendengarkan dongeng-dongeng ataupun syair-syair dari para
sastra yang mereka bacakan dipasar-pasar.
Pada abad ke enam masehi datanglah islam yang dimotori oleh
nabi Muhammad SAW dengan membawa kitab suci Al-Qur’an yang merupakan kitab yang
memiliki nilai sastra yang sangat tinggi. Kedatangan nabi ini membawa perubahan
yang sangat besar terhadap kebudayaan arab tidak terkecuali sastra yang menjadi
hobi bagi masyarakat arab.
Keberlangsungan sastra terus berkembang
ketika memasuki zaman sahabat-sahabat nabi, bahkan ketika itu muncul
berbagai ilmu-ilmu pengetahuan yang menjadi penunjang untuk mengupas kedalaman
sastra yang terkandung didalam al-Quran, seperti ilmu Balaghah, Mantiq, asbab
an-Nuzul dan sebagainya. Hingga kini
keberadaan sastra dapat kita rasakan, bahkan bentuknya dapat kita nikmati
dengan berbagai varian, mulai dari yang berbentuk tulisan, gambar, hingga
gambar visual seperti film.
2.
Rumusan Masalah
a.
Apa
faktor-faktor yang mendorong sastra pada zaman Bani Umayyah
b.
Bagaimana
kondisi bangsa Arab pada zaman Bani Umayyah
c.
Bagaimana
bentuk-bentuk sastra Arab pada zaman Bani Umayyah
d.
Bagaimana
perkembangan puisi pada zaman Bani Umayyah
e.
Apa tujuan
puisi pada zaman Bani Umayyah
f.
Tokoh-tokoh
penyair pada zaman Bani Umayyah
3.
Tujuan
Penulisan
a.
Mengetahui
faktor-faktor pendorong sastra pada zaman Bani Umayyah
b.
Memahami
kondisi pada zaman Bani Umayyah
c.
Mengetahui
bentuk-bentuk sastra Arab pada zaman Bani Umayyah
d.
Memahami
perkembangan dan tujuan puisi pada zaman Bani Umayyah
e.
Mengenal
tokoh-tokoh penyair pada zaman Bani Umayyah
f.
Memenuhi kewajiban
dari dosen mata kulaih Kesusastraan Arab
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Faktor-Faktor Pendorong pada Zaman Bani
Umayyah
Berikut ini merupakan
faktor-faktor yang mendorong sastra pada masa bani Umayyah:
1. Muculnya
partai-partai atau golongan-golongan politik, sehingga setiap partai atau
golongan memiliki penyair yang mendukung dan membela golongan atau partai
politiknya.
2. Kembalinya rasa
fanatisme kesukuan diantaraa kaum-kaum muslimin pada waktu itu.
3. Munculnya persatuan
dari sebagian penyair untuk berusa menjadi penyair dan puisi sebagai sarana
mencari penghidupan.
4. Persaingan antar
penyair untuk berusaha menjadi penyair paling unggul dan berkualitas, sehingga
mereka mendapat hadiah atau imbalan dari kholifah atau para pemimpin satu
golongan atau satu partai.
5. Kehidupan yang
makmur menyebabkan para penyair merubah jenis puisinya pada puisi tentang cinta
, disertai menjamurnya tempat-tempat hiburan.
6. Munculnya majlis
kritik sastra yang bisa menimbang puisi dan menganalisisnya. Akhirnya para
kritikus ini menempatkan satu penyair diatas yang lain yang berimplikasi dengan
usaha para penyair untuk memperbaiki puisinya agar tidak menjadi bahan
pelecehan bagi para kritikus.
B.
Kondisi Sastra pada Zaman Bani Umayyah
Kondisi pada masa pemerintahan
Umayyah ini dapat di lihat dari beberapa aspek, yakni:
a)
Kondisi agama
Pada masa Umayyah kita dapat
melihat cikal bakal gerakan-gerakan filosofis keagamaan yang berusaha
menggoyahkan pondasi agama islam. Yaitu yang Pertama Pada abad 8,
di basrah hidup seorang tokoh yang terkenal bernama Washil Ibnu Atho’ seorang
pendiri madzhab rasinalisme kondang yang di sebut Mu’tazilah. Orang
mu’tazilah (pembelot, penentang) karna mendakwahkan ajaran bahwa siapapun nyang
melakukan dosa besar dianggap telah keluar dari barisan orng yang beriman, tapi
tidak menjadikan kafir, dalam hal ini orang berada dala kondisi pertengahan
antara kedua status itu.Kelompok kedua Qodariyah Aliran ini terkenal
dengan pemikiran Free Will dan Free act (kebebasan berkehendak dan berbuat). Ketiga
Khowarij, yang berpandangan bahwa orang berbuat dosa besar adalah kafir dan
wajib di bunuh. Keempat Syi’ah, merupakan salah satu dari dua kubu islam
pertama yang berbeda pendapat dalam persoalan kekholifahan.
Para pengikut Ali ini membentuk
kelompok yang solid pada masa dinasti Umayyah. System imamah kemudian menjadi
unsure penbeda antara kaum sunni dan kaum syi’ah. Kelima Murji’ah yang
berpendapat bahwa orang berdosa besar tetap masih mukmin dan bukan kafir.
Permasalahan dosa yang dilakukan dikembalikan pada Allah SWT untuk mengampuni
atau tidak
b)
Kondisi social
Pada masa pemerintahan Umayyah kondisi social di bagi
menjadi empat 4 kelas social.Kelas tertinggi, kelas ini biasanya diiisi
oleh para penguasa islam. Kedua tingkatan di bawahnya, tingkatan ini di
isi oleh para muallaf yang mask islam. Golongan yang ketiga adalah
golongan para sekte-sekte dan para pemilik kitab suci atau di sebut juga dengan
ahl dzimmah, dan yang terakhir ke empat adalah golongan paling rendah
yaitu golongan para budak.
c)
Kondisi politik
Pada masa
pemerintahan Umayyah, tiga partai politik (zubariyin, khowarij, dan syi’ah)
telah membentuk seputar pemikiran atau persepsi tentang kekholifahan yang lebih
berhak dikalangan kaum muslimin. Adapun dalam partai politik Zubariyyin
pengikut Abdurrohman Zubair memandang akan mengembalikan mengembalikan kekholifahan
ke daereh Hijaz, dan akan memerintah salah satu sahabat dikalangan yang
pertama, bukan Yazid Ibnu Muawiyyah. Sedangkan pertai politik Khowarij di Irak
berpendapat akan mengembalikan kholifah pada kaum arab dan muslim untuk
memerintah atas merekaorang-orang yang lebih pantas atas kepemimpinan
itu.selain itu, partai politik Syi’ah juga ingin mengembalikan kekholifahan
pada bani Hasyim, yaitu ahl bait Rosululloh dan para sahabat yang sebenarnya. Jadi pada masa pemerintahan Umayyah suasana politik sangat
mendominasi penguasaan pada saat itu, sehingga banyak tercurahkan untuk
menyeesaikan masalah politik.
d)
Kondisi ekonomi
Mereka banyak mengandalkkan perniagaan mereka antar daerah,
selain itu juga mereka banyak mendapatkan fa’I dari negara, sehinnga secara
ekonomi mereka merasa berkecukupan.
e)
Kondisi sastra
Kelahiran islam di tanah arab membawa pengaruhbesar terhadap
kesustrataan arab, diantaranya adalah sebagai berikut:
- Penghapusan
sebagai corak kesustrataan arab jahiliyyah.
- Menciptakan
suatu corak baru yang sesuai dengan islam.
- Mengembangkan
coirak lama yang sesuai dengan islam.
Adapun yang dihapus oleh islam seperti puisi yang berupa
mantrayang digunakan oleh dukun. Dan corak baru yang diciptakan oleh masa ini
adalah timbulnya macam-macam cabang peratuyran dan undang-undang seperti ilmu
‘Arud, balaghoh, ilmu nahwu dll. Sedagkan corak lama yang dikemmbangkan adalah
dalam bidang puisi dan khutbah, karna keduanya ini sangat berpenngaruh dalam
perluasan dakwah islam.
C.
Bentuk-bentuk puisi Arab pada zaman
Bani Umayyah
1.
Diksinya
(pengucapannya)
Bersih, jernih, dan tepat karena dekat dengan nabi.Puisi
umayyah bebas dari istilah-istilah yang asing dan rumit atau pelik.
2.
Isi
Puisi pada masa ini Tidak ketat dalam hal pujian terhadap
wanita-wanita kesayngan mereka, bahkan menjadi kebiasaan baku. Dan dari sini
lahirlah jenis puisi baru (ghazal).
3.
Politik sya’ir
Membanggakan diri dan kaumnya
sambil mencela dan mengejek individu lainya
4.
Keistimewaan
a. Makna dan ide
(kebanyakan para penyair berstandar/ bertumpu pada makna-makna jahiliyah.
Idenya juga bertujuan untuk haja’ dan fakhr).
b. Gambaran dan
imajinasi (imajinasinya disandarkan pada lingkungan Arab dan sebagian penyair
dipengaruhi oleh Al-Qur’an)
c. Lafadz (kefasihan
ungkapan penyair dalam fakhr dan haja’, bersifat manis dan lembut dalam puisi
cinta).
d. Struktur qasidah
(sama seperti masa jahiliyah, dilihat dari sisi banyaknya tujuan. Kecuali Hijaz
yang khusus pada puisi cinta).
D.
Perkembangan Puisi pada zaman Bani
Umayyah.
Dalam periode Umayyah kegiatan
penciptaan dan pembacaan puisi semakin meningkat.Ada dua faktor yang
menyebabkan perkembangan ini.
Pertama adalah futuhat (penyebaran islam)awal telah menyebabkan
kekuasaan islam meliputi penduduk non arab dan banyak dari mereka yang telah
masuk islam. Pemahaman mereka terhadap bahasa arab yang jauh dari sempkurna,
menjadikan pemahaman mereka atas islam juga berkurang, sebagai konsekuensi
Negara islam harus memajukan pemahaman atas bahasa arab. Pepopleran puisi
merupakan salah satu cara untuk mencapai tujuan itu.
Kedua, para kholifah Umayyah sendiri memang
menggemari puisi, dan mereka member hadiah-hadiah besar kepada para penyair
yang menciptakan pkuisi-puisi pujian bagi mereka, atau yang menghsilkan
puisi-puisi yang indah. Muawiyah, Abdul Malik, dan Hisyam
sangat menggemari puisi, dan banyak membantu npara penyair serta mempopulerkan
karya-karya mereka. Pada periode inilah jarir dan Farozdaq, penyair besar pada
zaman Umayyah, memsunculkan dua kelompok dalam amsyarakat yang masing-masing
menggemari salah satu penyair, dan tiap-tiap kelompok ini akan membaca
puisi-puisi penyair favorit masing-masing guna membuktikan keunggulan penyair
mereka.
Pada masa ini dilakukan upaya pertama untuk menghimpun puisi-puisi
pra-islam yang dikerjakan oleh Hammad, lahir di Kuffah dan merupakan anak
seorang tawanan perang Persia, serta berbicara bahasa arab dengan menggunakan
dialeg Persia. Namun, dalam catatan arab dia lebih dkenal sebagai orang
yang sangat kuat ingatannya. Atas permintaan Al-Walid II, ia membawakan
puisi-puisi jahiliyah dengan akhiran huruf yang sama, dan untuk masing-masing
huruf setidaknya terdiri atas 100 puisi yang berbeda-beda. Setelah mendengar
sendiri sekitar 2900 Qhosidah, diriwayatkan bahwa Al-Walid merasa puas dan
memberikan hadiah sebesar 100 ribu dirham kepada Hammad. Warisan terbesar
Hammad adalah himpunan puisi Emas berlirik, yang dikenal dengan
Mu’allaqat.dikepalai oleh Al-Farozdaq dan Jarir, dan sekolah puisi di ibu kota kerajajaan
di keplai oleh Al-Akhtal. Ketiganya lahir dan besar di Irak. Mereka adalah para
pengubah puisi satir dan puisi pujian .Sebagai penyair, ketiganya merupakan
yang terdepan diantara para penyair unggulkan sebelum mereka.
E.
Tujuan Puisi pada zaman Bani Umayyah.
Karena banyaknya penyair yang menjadi penyambung lidah para pimpinan
goongan-golongan, maka tidak heran kalu kebanyakan tujuan dari penyair pada
masa Umayyah kembali pada masa jahiliyah, seperti kebanggaan terhadap kabilah ,
pencaci makian.
Pada masa awal islam tujan dari
puisi adalah untuk penyebaran agama islam , memuji Nabi dan Khulafaurrosidin,
mencela musuh-musuh nabi dan hal-hal untuk membela islam. Tetapi dengan
berdirinya pemrintahan Umayyah, dengan mengguakan politik arab yang terkuat, karena
itu pada masa ini merupakan suatu dagangan yang sangat menguntungkan. Maka para
penyair berduyun-duyun mengharap para kholifah atau pimpinan kabilah dan
majlis-majlis kholifah.Karena pemberian inilah para penyair menjadi kaya raya.
Pada masa ini muncul tujuan baru
dari puisi-puisi yakni :
1.
Syi’ir Siyasi
Syair siyasi muncul pada masa Umayyah.Dimana didalamnya
terdapat unsure mendukung suatu partai tertentu dalam menghadapi partai
lawannya. Para penyair menjadi penyambung aspirasi resmi bagi setiap kelompok
dengan makna-makna ynag mengandung argumentasi agama dan kepantingan kelompok
yang disampaikan dengan gaya bahasa yang tegas, kuat dan tajam.
2.
Syi’ir naqoid
Puisi satire di mana satu satu individu membanggakan diri
dan kaumnya sambil mencela dan mengejek individu lainya. Sebagai reaksi,
individu yang dicela membalas dengan membela diri dan membanggakan kaumnya
disertai dengan celaan bagi penyair lawannya
3.
Syi’ir Ghozal
Puisi jenis ini berkembang menjadi puisi jenis bebas yang menghusuhkan
pada qosidah-qosidah.Puisi cinta ini terdiri dua jenis yaitu puisi kebebasan
cinta dan puisi cinta murni tanpa hasrat.Puisi cinta ini tersebar di aderah
perkotaan yang menceritakan tetang sifat-sifat tubuh dan petualangan
cinta.Penyair terkenal pada jenis ini adalah Umar Ibnu Abi Robi’ah. Sedangkan
puisi puisi cinta tentang kesucian tersebar di daerah pedalaman, puisi ini
berbicara tentang kepedihan yang mendalam karena cinta dan perpisahan.
Penyair yang terkenal pada jenis ini adalah Qois Ibnu Al-Mulawwih yang dikenal
dengan (Qois Laila) dan Jamil Ibnu Mu’ammar yang dikenal dengan (Bi Jamil
Batsinah).
F.
Tokoh-tokoh Penyair pada zaman Bani
Umayyah
Pada pemerintahan Umayyah
terdapat beberepa deretan nama penyair yakni yang akan di paparkan dibawah ini.
Penyair-penyair terkenal pada
masa ini diantaranya:
1.
Al-akhthal
Nama lengkapnya yaitu Abu Malik Ghiyats al-Akhthal ibn
Ghauts al-Tsaghlabi al-Nasrani.Dilahitkan disebuah tempat di utara Siria yang
bernama Hirah (Sergiopolis).
2.
Al-Farazdaq
Nama lengkap Hammam bin Ghalib Abu Firas, tetapi biasa
dikenal sebagai al-Farazdaq. Ia lahir di Kadhima (sekarssang Kuwait) dan
tinggal di Basra. Farazdaq adalah salal satu di antara Penyair Muslim besar di
Istana Kekhalifahan Bani Umayyah Timur, selain Jarir dan al-Akhtal.Ia adalah
anggota Darim (dewan sesepuh) salah satu divisi paling terhormat di Bani Tamim,
dan ibunya berasal dari suku Dabbah. Kakeknya Sa’sa’ adalah seorang Badui
terkenal, ayahnya Ghalib mengikuti cara hidup yang sama hingga Bashrah didirikan,
dan terkenal akan kelemahlembutannya.
Pada usia
15, Farazdaq dikenal sebagai penyair, dan meskipun pernah diminta oleh khalifah
Ali bin Abi Thalib untuk bercurah pada studi al-Qur’an, ia segera kembali
membuat puisi. Dalam jiwa Badui yang sesungguhnya ia banyak mencurahkan
bakat ke satir dan menyerang Bani Nahshal dan Bani Fuqaim. Saat Ziyad, anggota
suku yang terakhir, menjadi gubernur Basra pada tahun 669, penyair itu dipaksa
pergi, pertama ke Kufah, dan kemudian, karena masih dekat dengan Ziyad, ke
Madinah, wadi mana ia masih diterima oleh emir kota itu, Sa’id bin al-’Ash. Ia
tetap di sana hingga 10 tahun, menulis satir pada suku Badui, namun menghindari
politik kota.
Namun
kehidupannya tidak keruan, dan syair-syairnya yang tajam menyebabkannya diusir
oleh khalifah Marwan I. Tepat pada saat itu ia mengetahui kematian Ziyad dan
kembali ke Bashrah, di mana ia dijamin oleh pengganti Ziyad Ubaidillah bin
Ziyad. Sebagian besar puisnya sekarang bercurah ke urusan
matrimonial.Ia mengambil keuntungan dari kedudukannya sebagai pengawal dan
menikahi keponakannya Nawar terhadap keinginannya. Ia mencari pertolongan dari
pengadilan Basra dan dari sejumlah suku. Semua akut akan satire penyair itu.
Awalnya Nawar lari ke Makkah dan meminta bantuan ‘Abdullah bin Zubair, yang
berhasil menyebabkannya setuju pada konfirmasi pernikahan itu.
Pertentangan terjadi lagi.Farazdaq mengambil isteri lagi,
setelah kematiannya menikah lagi. Awalnya ia setuju pada perceraian yang
diserukan oleh Hasan al-Bashri. Masalah lain memunculkan sederetan puisi
panjang dengan judul Naqaid al-Jarir wa al-Farazdaq. Dalam kehidupan
politik Farazdaq dicegah dari ketakutan dengan mengambil bagian besar. Namun,
nampaknya ia tak terikat pada keluarga Ali. Selama pemerintahan Muawiyah I ia
menghindari politik, namun kemudian memberi dukungan pada ‘Abdullah bin Zubair.
3.
Jarir
Bernama lengkap Jarir ibn `Atiyah al-Khatfi al-Tamimi
Al-Najdi .Ia lahir pada tahun 650 M ketika Islam berada pada masa pemerintahan
Utsman bin Affan. Ia berasal dari suku Kulaib, yakni bagian dari suku Banu
Tamim. Ia lama tinggal di al-Yamamah, tetapi kemudian ia banyak menghabiskan
waktunya di Damaskus.
Di Damaskus
inilalh, ia dikenal sebagai salah satu penyair satiris besar pada masa
kekhalifahan Bani Umayyah Timur berkat kedekatannya dengan al-Hajjaj bin Yusuf,
salah satu Gubernur Irak. Kesastrawananannya menonjol dan
populer ketika ia berpolemik dengan beberapa penyair Bani Umayyah lainnya,
yakni Farazdaq (Muslim) dan al-Akhtal
(Kristen).
Sebagai sastrawan, ia banyak menikmati kehidupan bebasnya,
terutama pada masa kekhalifahan Abd al-Malik, al-Walid I, serta Umar II. Ia
wafat pada tahun 728 M.
4.
Umar ibn Abi
Rabi’ah
Nama
lengkapnya yaitu Abu al khitob Umar ibn Abdillah ibn Abi Rabi’ah al Quraisy al
Makhzumi. Seorang penyair quraisy dan salah seorang penyair ghazal yang khusus
menggambarkan tentang keadaan perempuan.Dilahirkan di Madinah pada malam
wafatnya Sayyidina Umar ibn Khatab.Ibunya nasrani dan ayahnya seorang pedagang
yang kaya dan bekerja pada rasulullah serta pada tiga khalifah setelah
rasulullah.
5.
Al-Kumait
Penyair yang mengkhususkan diri dalam hal cerita tentang
nasab.Nama lengkapnya adalah Abu al musahhal al Kumait ibn Zais al Asadi al
kufi, seorang penyair terkenal dari golongan syi’ah al hasyimiyah dan pendorong
fanatime adnaniyah atas qathaniyah. Di lahirkan tahun 60 H dan tumbuh
berkembang di kufah diantara kaumnya bani as’ad yaitu salah satu bani kabilah
arab yang fasih dari bani mundhordia bias menerima bahasa Arab, ahu tentang
sastra hikayat dan ilmu nasab arab sejak kecil sudah senang berpuisi.
6.
Ibnu Ruqiyat
Nama
lengkapnya adalah ubaidillah ibn qa’is AL ruqiyat dilahirkan di makkah pada
tahun 12 H (633 M) pada tahun 38 H dia dipindah ke Iraq. Akan tetapi ketika
terjadi peperangan sengit diantara bani bakr dan bani taghlb dia pindah dari
Iraq ke palestina, lalu kembali ke Iraq setelah itu.Ibnu ruqiyat termasuk
penyair dari partai Abdullah ibn Zubair.Dalam salah satu puisinya penyair ini
menyatakan rasa kebenciannya yang mendalam terhadap golongan bani Umayyah atas
segala kedzaliman yang dilakukan terhadap kaum muslimin pada masa itu.
7.
Al-Nabighah
al-syaibhani
Bernama lengkap abu laila hasan qais ibn Abdullah al
ja’diyal Amiry, salah satu pendahili yang panjang umurnyadan salah satu penyair
hadramain. Dia adalah salah satu penyair dari bani ja’dah ibn ka’ab ibn rabi’ah
yang hidup pada masa jahiliyah dan masa awal islam.
Dia tidak dapat berpuisi pada masa jahiliyah, akan tetapi
pada masa awal islam dapat berpuisi sehingga mendapat julukan an nabighah. Dia
mengikuti agama Ibrahim dan hidup lama pada masa islam sampai masa utsman ibn
affan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pada masa Bani Umayyah kemajuan
intelektual paling penting selama periode ini terjadi pada bidang penulisan
puisi fakta bahwa kelahiran islam tidak mendukung aktivitas kepenyairan
terbukti dari tiadanya gairah para penyair untuk mengubah puisi ketika umat
islam mendapatkan sukses gemilang selama masa penaklukkan dan perluasan,
sehingga gambaran arab sebagai “ negeri para penyair” tidak tampak sama sekali.
Dengan naiknya dinasti umayyah
kepanggung kekuasaan, keterkaitan lama dengan dewi-dewi anggur, lagu, dan puisi
kembali di bangun. Untuk pertama kalinya, penyair
cinta benar-benar menampakkan eksistensinya dalam literatur arab. Sementara
kebanyakan para penulis pra islam menyisipkan kata-kata pengantar pada
puisi-puisi panjang mereka dengan beberapa bait bernuansa erotis, tidak satupun
dari mereka dapat dikatakan memiliki kecakapan khusus dalam mengubah puisi
ghazal. Dimlai dari kata pengantar cinta (nasib) dalam qosidah ini, puisi arab
bersajak muncul dibawah pengaruh para penyanyi Persia dan meniru gaya mereka.
Pada masa bani Umayyah, sastra islam sebenarnya berkembang
tapi tidak begitu kelihatan.
B.
Saran
Pemakalah sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah
ini.Oleh sebab itu, pemakalah berharap agar pembaca senantiasa menyampaikan
masukannya kepada kami, baik itu berupa kritik atau saran. Masukan dari pembaca
dapat kami gunakan sebagai rujukan dalam pembutan makalah selanjutnya yang
semoga dengan masukan tersebut dapat menuntun kami untuk membuat makalah yang
jauh lebih baik
- Hadi, Adi
Mathla’ul.2012. Sastra Arab dari Klasik
Hingga Modern. (Online) (http://wartawanpendidikan.wordpress.com/2012/04/28/sastra-arab-dari-klasik-hingga-modern/).Diakses
28 September 2013
- Arinaistiqomah.
2010. Kondisi Kesusastraan Masa Umayyah. (Online) (http://arinaistiqomah.blogspot.com/2010/10/kondisi-kesusastraan-masa-umayyah.html) . Diakses 28
September 2013