Farah menyeka air matanya yang masih mengalir di pipinya, ia
berusaha menegarkan dirinya yang sejak tadi malam lemas karena terlalu banyak
nangis. Berusaha menguatkan dadanya yang terasa sesak akibat kata-kata dari kakaknya, Nurma.
Farah adalah anak kedua dari
tiga bersaudara. Ia anak yang cenderung pendiam, dan penurut. namun
sewaktu-waktu ia akan membantah jika ada orang yang ia sayangi tersakiti.
Sifatnya sungguh jauh berbeda dari kedua saudaranya. Sejak kematian ibunya, membuat dirinya selalu tertutup pada siapapun. Termasuk
pada ayahnya ataupun kakaknya. Ditambah saat bapaknya memutuskan untuk menikah
lagi, saat itu pula ia seakan menyiman luka batin yang entah seberapa dalamnya.
Berbeda dengan Farah, Nurma adalah tipe orang yang keras. Itupula sebabnya
murud-muridnya di sekolah ada yang menakutinya. Dan Sifat itu pula yang ada
pada diri Indah adiknya.
Malam itu, sekitar jam
setengah sepuluh Farah masih mengerjakan tugas Kuliahnya yang akan ia
presentasikan besok. Tiba-tiba hp berdering “Trimakasihku pada-Mu tuhanku
tak mungkin dapat terlukis oleh kata-kata hanya diri-Mu yang tahu besar rasa
cintaku pada-MU…….” sebuah lagu berjudul Takkan Berpaling dari-MU yang
dilantunkan oleh Rossa. menandakan ada panggilan masuk untuk Farah. Farah
segera mengangkatnya.
“halo, Assalamualaikum ?”
jawab Farah. Rupanya itu panggilan dari kakaknya.
“waalaikumussalam, gimana
kabar dek. lagi sibuk ?” Tanya kakaknya
“Alhamdulillah aku
sehat-sehat. Kalo kaka bagaimana kabar ?. Sebenarnya aku lagi ngerjain tugas,
tapi dikit lagi selesai kok” jawab Farah
“kaka juga Alhamdulillah
sehat. Kaka nggak ganggu ?” Tanya kakaknya Lagi
“enggaklah ka, tumben kaka
nelponnya larut, biasanya setelah isya. Oh iya, bagaimana kabar bapak sama adik
di kampung ? sehat-sehat kan ?” Tanya Farah.
Nurma membuka pembicaraannya,
mulai dari menjawab pertanyaan Farah yang menanyakan kabar Bapak dan adiknya
lalu bercerita tentang keadaan kondisi keluarga, agenda-agenda mengajarnya di
sekolah, hingga pada kegiatan-kegiatan organisasinya. Tak terasa perbincangan
mereka telah berjalan satu jam hingga menunjukan pukul setengah sebelas.
“Farah,,,,?”
“iya ka ? ada apa ?”
“kaka benci sama bapak. Kaka
jengkel bangat, kenapa sih semua yang ia katakan harus dituruti” kata Nurma
dengan sedikit tangis agar mendapat simpatik dari Farah.
Farah terkejut mendengar apa
yang kakaknya katakana. “Ya Allah kak, kenapa kaka ngomong gitu ? kaka
maklumi aja, bapak itu sudah tua, orang tua memang harus dimengerti, kalau
bapak dan kaka sama-sama keras entar jadinya bukan memperbaiki suasana tapi
malah menambah masalah” tegur Farah pada kakaknya
“kamu nggak ngerti apa yang
kaka rasa Farah, dari dulu kaka udah ngikutin apa yang bapak katakan. Dari dulu
kaka turutin semua apa yang bapak mau, sejak SMP hingga kaka kerja sekarang,
semuanya berjalan sesuai apa kemauan bapak. tapi bapak sama sekali nggak mau
ngerti dengan apa yang kaka mau, pokoknya apa yang kita lakukan harus melalui
persetujuannya. Bosan juga hidup seperti itu Farah, Hidup begini hanya
seperti boneka” kata Nurma dengan nada yang kedengarannya sangat marah
Farah terdiam, dalam hatinya
Ingin menangis. Tak menyangka kakaknya yang ia kenal faham akan agama bisa
berkata seperti itu. Tak disangkanya kaka yang selalu menasihatinya
mengeluarkan kata-kata yang seperti itu. Tanpa disadari airmatanya jatuh
membasahi lembaran-lembaran tugasnya yang belum ia rapikan . “ya Robbi…
ampunilah kakaku” doa Farah dalam diam.
“Rah, kenapa kamu diam ? apa
kamu nggak bosan hidup seperti Boneka yang selalu diatur ?”
“Astagfirullah kak, mengapa
kaka bicara seperti itu, apa kaka nggak sayang sama bapak ? apakah yang selama
ini kaka telah lakukan adalah keterpaksaan ? kaka harus sabar, bapak melakukan
itu bukan hanya untuk dirinya tapi demi kebahagiaan kita juga” kata Farah
dengan menahan suara tangis agar tak diketahui kakaknya.
“aku nggak bisa sesabar kamu
Farah, aku nggak setegar kamu yang selalu bisa melakukan apa saja untuk orang
lain, padahal hati ini tersiksa, cukuplah sudah yang kemarin-kemarin,”
“ka… aku memang nggak pernah
tahu apa yang kaka rasakan, dan akupun nggak tau apa yang bapak rasa. namun aku
akan berusaha untuk mengerti kaka ataupun bapak. aku nggak mau terjadi
kesalahpahaman antara kaka dan bapak, karena keduanya adalah orang yang aku
sayangi. Namun, cobalah kaka ikhlas menjalankan semua itu, bukankah kaka selalu
mengatakan kepadaku bahwa apapun yang kita lakukan tanpa ada niat yang ikhlas maka
hasilnya tetap nol ?”
Farah berusaha memberikan
nasihat-nasihat pada kakaknya. Yang sebenarnya iapun butuh nasihat itu.
Berusaha meredam emosi dan kebencian kakaknya pada bapaknya. Berusaha agar apa
yang ia sampaikan tidak membuat kakaknya tersinggung dan merasa ia lebih
berpihak pada bapaknya. Mulai dari kata-kata mutiara, hingga hadits-hadits dan
ayat yang menjelaskan tentang keutamaan dan hikmah tentang kesabaran dan
berwirul walidain.
“kak, bukankah dalam
Al-Qur’an surah Al-Baqarah 286 menjelaskan bahwa Allah tidak akan membebani
seseorang melebihi batas kesanggupannya ? dan bukankah pula dalam surah
Asy-Syarh ayat 6 dikatakan bahwa sesungguhnya bersama kesulitan itu akan ada
kemudahan ? kak, seharusnya apa yang kaka hadapi sekarang itu menjadikan kaka
lebih tegar. Seharusnya kaka bersyukur, belum tentu semua orang mampu menjalani
hidup seperti apa yang kaka rasakan. Mungkin ada di antara orang-orang yang
dikala mereka tak mampu lagi mereka mengambil jalan buntu hingga bunuh diri.
Tapi seharusnya kaka bersyukur karena Allah masih memberikan nikmat keimanan
sehingga niat itu tak pernah ada di fikiran kaka. Percayalah kak. Karena tak
semua kado yang terbungkus dengan indah dalamnya adalah kebahagiaan, tapi
adakalanya kado yang bungkusnya mungkin biasa saja, namun subhanallah isinya selalu ada berkah, begitupula
ini.. pasti semuanya akan indah pada waktunya kaka. ”
Walaupun Farah sudah
memberikan nasihat-nasihat panjang lebar namun kakaknya masih merasa kalau
hidupnya hanyalah seperti boneka. Ia berfikir walaupun ia berusaha ikhlas dan
bersabar ia akan semakin merasa tersiksa batin.
“iya farah, kaka tahu semua
apa yang kamu bilang itu, kaka mengerti dengan ayat-ayat itu, makanya kaka
ingin pergi dari rumah ini untuk mencari pengalaman dan bisa lebih banyak belajar
lagi tentang hidup. Belajar arti kesabaran dan keikhlasan. Tapi bapak
melarang hal itu. emang apa yang salah”
“kak, kaka nggak salah,
justru sebenarnya itu bagus. Namun seperti apa yang aku katakan dari awal kalau
bapak sudah tua, ia ingin kita lebih memahami dan perhatian padanya . bukankah
disaat seperti itu ladang pahala terbuka untuk kita mengabdi pada orang tua
kak. Apa salahya untuk mengikuti perkataan bapak, lagi pula itu bukanlah hal
yang penuh dengan kemudhoratan” jelas Farah
Walaupun Farah telah susah
payah dengan segala pengetahuan yang ia tahu telah disampaikannya dengan cara
ahsan, tetapi lagi-lagi kakaknya masih saja tidak menerimanya. Masih saja
menganggap hidupnya selalu di atur seperti boneka berby.
“kamu tuk tak pernah
mengerti apa yang kakak rasakan. Katanya mau mengerti kaka, Tapi apa ? kamu tak
pernah tahu seberapa besar luka dan derita ibu dan aku saat kamu masih kecil.
Kamu nggak pernah tahu bagaimana rasa sakit ini melihat perlakuan bapak ke ibu.
Kamu nggak pernah tahu itu. Bapak yang selama ini kamu sayangi dan kamu bela
ternyata adalah orang yang kasar dan suka menyakiti ibu. Bapak yang kamu
hormati ternyata adalah orang yang egois. Sejak ibu masih hidup ibu selalu
menuruti apa yang bapak katakan. Kalau ibu tidak menuruti apa yang bapak
katakan maka pertengkaranlah yang akan terjadi, kamu tak pernah melihat moment
seperti itu Farah. Jadi kamu jangan heran kaka benci sama bapak”
Mendengar apa yang Nurma
katakan Farah hanya bisa menangis. Ia tak dapat menahan suara tangisnya, hingga
air matanya kian deras membasahi wajah mulusnya. Disatu sisi memang benar, ia
tak pernah tahu apa kejadian dimasa lalu antara ibu dan bapaknya. Namun disisi
lain Farah tdk mau menbenci bapaknya hanya karena kata-kata kakaknya. Bagi
Farah masa lalu adalah sebuah pelajaran agar seseorang bisa memperbaiki dirinya
dimasa depan.
“Kak, bagaimana bisa sebenci
itu pada bapak, Orang tua satu-satunya yang kita punyai sekarang ? bagaimana
bisa kaka membenci Bapak yang selama ini telah membanting tulang hingga kita
besar seperti sekarang ini ? Bagaimana bisa kaka membenci bapak yang telah
merawat kita saat ibu tiada ? kenapa hal itu bisa terjadi kak kenapa. Apakah kata-kata
kaka tadi cukup sebagai alasan ?”
“Kamu nggak pernah ngerti
Farah, kamu sama sekali nggak ngerti. Karena Kamu adalah satu-satunya anak
kesayangan bapak diantara kita bertiga. Kita berbeda Farah. Dari dulu kita
memang telah berbeda. bapak selalu menuruti apa yang kamu mau. sedangkan kaka
dan Indah ? sebaliknya, kami yang selalu menuruti apa yang bapak mau. Jujur Aku
iri padamu Farah. Kenapa hanya kamu yang jadi anak kesayangan Bapak ? kenapa
kamu ? sejak lulus SD kamu selalu disekolahkan di sekolah-sekolah favorite di
kota. Sementara lihat Indah. sekarang Indah mengikuti jejakku melanjutkan
sekolah di Kampung. Dan sekarang kamu pun Kuliah di perguruan tinggi yang
dibilang Ngetop di Indonesia. Kalau kamu bukanlah anak kesayangan kenapa hanya
kamu yang di bedakan seperti itu. kenapa Indah tidak disekolahkan di sekolah
top seperti kamu, namun ia menginguti jejakku.? Jujur akupun membencimu. Indah
itu adik kita, Kamu telah merebut semua perhatian Indah dari bapak.” kata Nurma
sebelum mematikan telepon pada Farah.
“dukkkkkk….” Mendengar semua
keluh dan kesah Nurma membuat Farah bah ditindih gunung besar. Ia tak bisa
menerima apa yang dikatakan oleh kakaknya. Apa yang Nurma katakana sangatlah
jauh dari apa yang ia rasakan. Seandainya Nurma tahu kalau sebenarnya iapun
merasa bapak selalu mengatur hidupnya, namun fikiran-fikiran itu telah lama ia
hilangkan agar apa yang dilakukannya semua penuh dengan ketulusan. Kata-kata
kakaknya membuat ia kembali mengingat memori perih pada masalalunya setelah
lulus SD. Saat itu ia melanjutkan pendidikan di kota. sehingga harus berpisah
dengan bapak, kakak dan adiknya di kampung dan tinggal di rumah tantenya.
Sungguh itu tidaklah mudah. Meski memang ia menginginkan sekolah di kota, namun
sebenarnya ia tak menginginkannya bila harus berpisah dari bapak, kakak. Dan
adiknya,
Rupanya Nurma telah salah
memaknai derita yang di alami Farah. Nurma telah salah memaknai senyum dan tawa
Farah. Derita yang hampir enam tahun ia simpan saat Tinggal di rumah tantenya
yang begitu banyak tekanan. Menyimpannya sendiri dan tak mau seorangpun
mengetahui luka hatinya. tak seorangpun ia jadikan tempat mengeluh. Berusaha
menutupi semua dengan senyum dan tawa. Berusaha menerima semuanya dengan ikhlas
sebagai cobaan hidup, berusaha tegar dikala ujian datang, berusaha bertahan
hingga kebahagiaan yang akan datang menjemputnya. Dan ketika kebahagiaan itu
datang ia yang akan berkata “Selamat Farah” kamu telah lulus menghadapi cobaan
Dari-Nya. Itulah yang selalu Farah yakini. namun menjadi dan kala hatinya merasa
sesak, Hanya Allah-lah tempatnya mengaduh, hanya Allah-lah tempatnya mengeluh
hingga harus menangis setiap doa-doa dalam sholatnya.
Esok harinya tiba. Kejadian
semalam masih meninggalkan gores luka di benak Farah . Matanya bengkak. Serta
badannya terasa lemas. diusahakannya agar goresan luka batin itu bisa segera
hilang hingga tak membentuk luka yang lebih besar. Diambilnya wudhu untuk
sholat subhu kemudian melagukan ayat-ayat Allah. Alhamdulillah, suasana hati
Farah kembali tenang. Farah mengambil hpnya bermaksud mengirimkan pesan
singkat untuk kakaknya.
“Assalamualaikum, kak…! Sudah
waktu subuh, sudah sholat ?”
Berharap agar kakaknya segera
membalas pesannya. Namun sepuluh menit berlalu tak ada balasan sms dari
kakaknya. Iapun mengirimkan e-mail berisi sebuah kata-kata hikmah dari
seorang ulama “Imam Al-Qurtubi”
“termasuk durhaka pada orang
tua adalah ketika menentang keinginan-keinginan mereka dari perkara-perkara
yang mubah, sebagaimana Al-Birr (berbakti) kepada keduanya adalah
memenuhi apa yang menjadi keinginan mereka. oleh karena itu apabila salah satu
dari keduanya memerintahkan sesuatu wajib untuk mentaatinya selama hal itu
bukan perkara maksiat, walaupun apa yang mereka perintaahkan bukanlah perkara
wajib tapi mubah pada asalnya”
Setelah mengirimkan pesan
hikmah dari Imam Al-Qurtubi Farah juga mengirim pesan untuk meminta maaf pada
kaka dan adiknya.
“bismillah…!!! kaka… Farah
sayang sama bapak, Farah juga sayang sama Kaka, dan sayang pula Indah, aku
minta maaf kak, tak ada sedikitpun maksud ingin memperoleh sendiri kasih sayang
bapak, tak ada sama sekali. Jika itu yang kaka lihat, kenyataan sebenarnya
tidak seperti itu. Bapak sayang pada kita semua, ia tak memilih-milih, baginya
kita adalah sama. Sama-sama anaknya. tak mungkin ada orangtua yang begitu jahat
pada anaknya. Seperti kata pepatah ‘segana-ganas harimau ia takkan memakan
anaknya sendiri’. Farah tak ingin kaka dan Indah benci pada bapak.
kaka….Hanya Bapak orang tua
yang kita punya sekarang. Berilah perhatian dan turutilah apa yang bapak
inginkan sebelum kita menyesal dengan apa yang akan terjadi esok. Serta
berusahalah untuk belajar ikhlas menerima cobaan yang Allah berikan kak, jangan
pernah mengeluh, karena salah satu jaminan seseorang masuk ke Syurga adalah
orang yang tidak suka mengeluh… dan bukankah kita tahu bersama bahwa tidaklah
beriman seorang hamba sebelum ia diuji ? Farah harap kita tetap slalu saling
mengingatkan kak, menjadi keluarga yang saling menyayangi dan saling
mendoakan…!!! Meski telur akan berubah menjadi ulat yang menuktan, dan ulat
akan berubah menjadi kepompong, namun kepompong akan berubah menjadi kupu-kupu
yang indah… itulah Hidup. Yakinlah semua akan indah pada waktunya
Farah sayang Semua.