aaaaa... teriakan itu hanya bisa terngaung dalam sanubari...
hmmmmm... jikalau bisa, mungkin sejak kemarin telah kulakukan.
sayangnya pita suaraku terhalang oleh sekat yang akupun tak tahu apa namanya...
sedihkah ??? marahkah ??? malukah ?????
berkali kali ku putar otakku agar ku temukan jawabnya,
namun berkali-kali pula kebimbangan menghampiriku. . .
ah,,,, rasanya ingin ku buat cangkang sendiri dan menghilang bak jini oh jini
hingga kini,,, kejadian itu masih terekam jelas...
ooooohhhh "tidak, ini hanya mengotori hati..." astagfirullah……….
kemarin aku terdiam diantara para tawa yang mencemooh cinta. ku hanya bersenandung dalam qalbu, menikmati tawa diatas realita godaan.
marah ??? hehe.... untuk apa marah ?? sedih, apa yang harus ku sedihkan ?? malu ??? ah,, tak tahu..
aku tak marah pada ustadzku, jua tak marah pada teman-temanku,
itu candaan kan..? yah berkali-kali otakku meyakinkanku bahwa itu candaan....
tapi bagaimana dengan hati ??? ia bahkan berbalik dengan fikirku,
bak pemain antagonis dan pratagonis.
" jebakan" ???? yah itulah frasa yang dikatakan hatiku
lalu..... kalau ini jebakan, untuk apa ??
sementara mencari alasannya, aku mengingat perkataan seseorang “Terjebak itu lebih baik dari pada melompatinya, sebab bila terpenjara dalam frasa berpedang lebih baik, daripada memecah aksara perlawanan yang hujamkan takdir hingga berakibat penyesalan.”
Bagaimana tidak, sedang aku masih menatap lembaran makalah ditanganku, tiba-tiba terdengar kalimat dramatis yang seolah telah direncanakan
" wa, mau bertanya pada si......? " pertanyaan dari ustadz mengagetkanku. Aku rasa semua temanku menjadi bersemangat mendengarkan kalimat itu. mereka yang tadinya ingin cepat-cepat mengakhiri pembelajaran, berganti enggan beranjak.
kenapa bertanya pada "dia" bukankah ia bersama teman kelompoknya ???
"Cieeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee" serentak kawan-kawanku mennggodaku, OMG,,, godaan itu tak bisa ku elakkan..
Aku mencoba terus menyulam senyum diatas koyakan godaan mereka, meski saja kian melebar diantara kainnya, tapi aku tak ingin tampak marah.
Alhamdulillah, suasana kelas kembali tenang mendengarkan satu demi satu penjelasan ustadz.
Mataku jenuh, sesekali tatapan mata kosong. Baginya mungkin ini adalah sebuah kenikmatan yang ditemani berjuta angan hingga tampak ketiadaan bagi para pencemooh.
Bersama angin yang mengundang Tanya, otakku menangkap suatu kesulitan, namun hatiku terus saja melompat kegirangan. Gambaran indahkah ini semua? Atau hanya tampak penghiburan semata saja? Ah, Tampaknya sangat asing bagiku yang tak pernah menyelami dalamnya makna…
“ehm.. ehm…” “ Cieeeee….” Sorak kelas dipenuhi lagi kekacawan canda teman-teman, Sebenarnya pembelajaran akan segera diakhiri, namun tetiba ruangan itu dihebohkan dengan pertanyaan kawan lelakiku… “bagaimana menggunakan “kinayah” untuk mengungkapkan perasaan hati seseorang ?”
Hari itu Sedikit aneh bukan???
Yah, bagiku aneh…. Ditambah karena jawaban ustadzku mengundang berjuta tanda Tanyaku..
iiiii…. Lagi-lagi ustadz menjawab pertanyaan itu dengan menjadikan “dia” dan aku sebagai contoh.
Bagaimana ruangan ini akan tenang ?? bahkan bagiku ini mengalahkan gaduhnya pasar sentral…
“afwan ustadz, mungkin yang dimaksud bukan diriku tapi orang lain yang bernama sepertiku” kataku membela diri,
“tapi bagaimana kalau yang dimaksudkan adalah kamu ????” ustazdku menimpali pertanyaan balik.
“Duk…” mendengar pertanyaan itu, detak jantungku memompa jauh lebih cepat dari sebelumnya. Kaki dan tanganku tetiba menjadi dingin, ku terdiam Mencoba menyandingkan kesempurnaan dari setiap inchi majas bahasa lughah, mungkinkah ini takdirnya balaghah ? Menghinggap di setiap tempatku berpijak, hingga khayalnya pun menjadi kenyataan. karena langit mampu menghembuskan nafas sendunya dan membuat ustadzku, kawan-kawanku bahkan semesta alam berdoa…….
Hmmmm….. ku ingin berlari menjauh dan berlindung dibalik awan..... karena tak ingin berlama-lama berada dalam ruangan ini. bersembunyi dan mengumpat serta mencaci dibawah kerimbunan pohon. Hingga membuatku melakukan perjalanan kembali mencari arti yang bersembunyi diantara rerumputan.
Lantas, jika terus bersembunyi, bagaimanakah aku dapat mengerti arti kehidupan ini? bila saja segala sesuatu yang kupersembahkan tiada sebanding dengan apa yang mereka berikan. Apa yang akan mereka katakan ?? Mungkinkah ku harus menggali sebuah tanah untuk menemukan makna? Atau mungkin membangun sebuah istana untuk menyenangkan hati seorang Raja?
Aaaahhhhhh….. itu sulit bagiku….
Bagaimana dengan “Dia” ?????
Runtuhnya tiang penyangga yang berdiri kuat disisi pelataran hatinya, sebuah pilar yang kuat, membawa raga selalu menumpahkan rasa tak enak. Haha… tak enak ???? ah, aku tak tahu. *~
Memang telah tertulis, bahwa karang dilautan takkan tergoncangkan, sekalipun tsunami menghantam dan memberi kehancuran. Tapi, aku tetap yakin, walau tak setegar batu karang, hati yang bernafaskan cinta takkan pernah usang.
Pembelajaran berakhir…..
Kubiarkan teman-temanku meninggalkan ruangan terlebih dahulu… tanpa ku tahu iapun berlama-lama ada diruangan itu… ustadzku yang nyaris masih ada diruang yang sama menyuruhku memberikan absensi pada “dia”
Bukankah “dia” ada diruangan itu pula ? mengapa tak ustadz berikan lansung. Hatiku berbisik…
“Modussssssssss” aku menutupi wajahku dengan jilbab… dan seraya meninggalkan ruangan.
“hati…… hati….. astagfirullahal adzim… tenanglah…..
Aku tak tahu yang dirasakan hati saat itu. jelasnya aku ingin segera sholat.
Setibaku di Mushollah….
“????” sesuatu yang aneh kembali menyapaku, mengapa pembahasa ta’lim mengenai masalah jodoh, sholat istikharah, menikah…
Oooh….. tanda apa ini ???? Ku tahu ini tidak hanya kebetulan karena sang Maha Rahman telah mengatur semua skenarionya, tapi bukankah ini aneh……
Yah… aneh, aneh…. Sungguh aneh……………
Ku tenangkan hati… dan kumulai sholat Asharku…..
Alhamdulillah…… telah lebih baik….
Bila ku mampu berkata pada “Dia”, mungkin akan ku katakan “jangan kotori hatiku, jangan pula kau kotori hatimu, Meski dirimu dan waktu tertatih menopang jiwa yang telah lesu, tapi ingatlah akan Janji Allah… “Allah akan menetapkan semua diwaktu yang tepat pada orang yang tepat”
Maka, tepatkanlah dirimu, luruskan niat, perbaiki pula ikhtiarmu, istikhara dan berdoalah …. Maka kau akan dipertemukan oleh orang yang tepat. Siapapun dia…
Namun jangan pernah menyerah, dan putus asa hanya karena belum kau temui jawabnya, Jika saja engkau menyerah, tentunya engkau kalah. Dan semua sia-sia bukan ???
Tetaplah bertahan, tetaplah seperti itu, dan Biarlah senja kemarin menutupi kisah itu……
Jumat 12 Desember 2014