
Kau, kini bukan lagi pena yang bisa ku titip kata
Bukan lagi kanvas, yang aku bisa menyiratkan
lukisan
Semua kata, kini telah hancur; padanannya tak
menapak
Semua gambar kini telah lebur; tinta itu bagai
semburat beracun...
Tak lagi ku dapati dirimu yang
dulu
Gegara kaprahmu yang tak terdefinisi logika; lebih
dari pada nista
Canda dan bahak legam ditelan gaung
Tak ada pundakmu lagi; pun aku terdiam bersama isak
Sejatinya mentarimu kini telah redup
Sinarnya memudar diderai buliran hujan
Sengatnya karam diterpa gelegar
Kau, tak lagi ku rasa hangat
Tak lagi ku rasa sepaham
Tak lagi ku rasa hidup
Tak ada ketentraman mengisi ruang hati
Hanya risih mengusik relung
Kini, adanya dirimu di pelupukku bukanlah suatu
nyata
Bukan keindahan yang dulu pernah kita ukir bersama
Bahkan untuk sebatas fatamorganapun tidak
Lelangkahku gontai terjungkal-jungkal
Terhenyak mengetahui ronamu yang bahkan tiada binar
Dengan sangat teliti kau tikam belati bermata dusta
Gelegar tawamu, menyaksikanku bersimbah luka
Aku menyaksikan, malaikat tak lagi mencemburui kita
Lantas ku ajukan sebuah pinta
Tolong, aku ingin menghapus semua tentangmu
Cukup ingatkan nama dan rupamu, agar tahu untuk tak
kembali menyentuhmu