“Makalah
Selayang Pandang Perjalanan Pemikiran Filsafat (Dari Awal Hingga Zaman Islam)”
OLEH
SITTI MARWAH DM
ROSALIA
JURUSAN SASTRA ASIA-BARAT
FAKULTAS ILMU BUDAYA / SASTRA
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbail ‘alamiin, puji dan
syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Yang telah memberikan nikmat
yang begitu besar, terutama nikmat iman, nikmat islam, nikmat umur panjang, dan
nikmat sehat sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah Selayang Pandang
Perjalanan Pemikiran Filsafat (Dari Awal Hingga Zaman Islam) dalam mata kuliah
Dasar-Dasar Filsafat.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah
kepada junjungan kita, nabi Muhammad SAW. Kepada keluarganya, sahabatnya, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan sampai
kepada kita semua selaku umatnya sampai
akhir zaman. Aamiiin.
Ilmu filsafat sendiri sangat penting untuk
diselami lebih dalam. Pada dasarnya semua ilmu bertujuan untuk mencari sebuah jawaban
dari sebuah permasalahan. Dengan adanya ilmu segala sesuatu akan lebih dapat
dipahami.
Karya tulis ini penulis sadari jauh untuk
dikatakan sempurna, untuk itu penulis berharap kritikan dan saran untuk
perbaikan ke depan dan untuk menghasilkan karya tulis yang lebih baik lagi.
Mudah-mudahan dengan makalah ini dapat
menambah wawasan kita dan menjadi ilmu yang bermanfaat. Tidak lupa penulis
ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Uztad Supratman S.S M.A atas
kesediaannya menjadi pengajar. Semoga rahmat Allah SWT tetap tercurah kepada
kita semua.
Makassar, 18
April 2012
PENULIS
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu
filsafat dapat dikategorikan sebagai dasar dari segala ilmu pengetahuan. Dengan
filsafat suatu permasalahan akan terpecahkan dengan arif dan bijaksana. Namun
untuk bisa memahami filsafat Islam tidak bisa dengan cara yang sederhana. Dalam
menentukan definisi dari filsafat Islam itu sendiri masih terjadi silang
pendapat dengan teori dan hasil pemikiran yang berbeda-beda.
Dari makna
dasar istilah filsafat yang berasal dari bahasa Yunani yaitu philia yang
berarti cinta atau persahabatan dan sophia yang berati kebijaksanaan,
seharusnya dengan ilmu filsafat akan melahirkan suatu kaum yang berbudi pekerti
luhur. Tetapi terkadang ada sekelompok orang yang mengaku dirinya berpendidikan
dan mengaku menguasai ilmu filsafat tetapi tidak tercermin dengan perilaku dan
pemikirannya. Salah satu faktornya adalah filsafat itu sendiri sudah tidak
murni lagi hasil pemikiran dari hati nurani manusia tetapi sudah dipengaruhi
kepentingan duniawi.
B. Rumusan Masalah
Untuk
menapaki ilmu filsafat secara utuh dengan tujuan mendapatkan pengajaran dan
ilmu yang bermanfaat untuk bisa diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat
sehingga tidak salah arah, disini kita perlu mengetahui sejarah awal filsafat
muncul dalam peradaban dunia, yaitu :
1.
Latar belakang timbulnya filsafat
2.
sofisme dan
skeptisisme
3.
Masa
pertumbuhan filsafat
4. Akhir filsafat Yunani
5.
Terbitnya
fajar Islam
6.
Perkembangan
filsafat di zaman Islam
C.
Tujuan
Ada istilah
yang sudah sering kita dengar yaitu tak kenal maka tak sayang. Istilah ini
mengandung makna bahwa untuk bisa menyayangi sesuatu kita harus mengenalinya
terlebih dahulu. Begitu pun dengan filsafat Islam ini agar tumbuh rasa cinta
akan ilmu ini kita harus lebih dahulu mengetahui sejarah awal mula pemikiran
filsafat ini tumbuh. Dengan mengetahui sejarah ilmu filsafat ini juga kita akan
mempelajari ilmu filsafat Islam ini secara utuh.
D. D. Manfaat
Setelah mempelajari perjalanan
pemikiran filsafat dari awal hingga zaman Islam, maka akan tumbuh rasa cinta
dengan ilmu filsafat Islam ini karena kita sudah mengenalinya dari sejarahnya.
Apabila rasa cinta sudah tumbuh kita akan lebih bersemangat dan sungguh-sungguh
dalam mempelajari ilmu filsafat Islam. Selain itu dengan mempelajari awal
tumbuhnya filsafat kita mengetahui kesalahan yang dilakukan suatu kaum pada
zaman tersebut dalam penerapan ilmu filsafat itu sendiri, sehingga kita tidak
mengulangi kesalahan tersebut di masa kini.
BAB II PEMBAHASAN
1.
LATAR
BELAKANG TIMBULNYA FILSAFAT
Manusia adalah makhluk yang selalu
mempersoalkan segala sesuatu. Banyak hal yang ingin diketahui manusia. Filsafat berawal
dari orang-orang Yunani yang mula-mula berfilsafat di Barat mengatakan bahwa filsafat
timbul karena ketakjuban. Ketakjuban di sini adalah ketakjuban menyaksikan
keindahan dan kerahasiaan alam semesta ini lantas menimbulkan keinginan untuk
mengetahuinya. Berhadapan dengan alam yang indah, luas, bagus, dan ajaib. maka timbul di hati mereka keinginan hendak mengetahui rahasia alam ini.
Lalu timbul pertanyaan dari mana datangnya alam ini?, bagaimana terjadinya ?
bagaimana kemajuannya dan ke mana sampainya ? Demikianlah selama
beratus tahun alam ini menjadi pertanyaan yang memikat perhatian para ahli
pikir atau filusuf. karena itu timbullah usaha untuk mencari jawaban atas
segala sesuatu yang ditanyakannya.
Dengan menemukan jawaban, maka bertambahlah ilmunya. Semakin heran,
semakin banyak pertanyaan, semakin keras usahanya untuk mencari jawaban, dan
semakin menemukan jawaban, maka ilmunya akan semakin dalam dan semakin
bertambah luas. Dengan bertambahnya ilmu, semakin dalam dan semakin luas, maka
seseorang akan semakin mampu menganalisis masalah secara lebih tajam, serta
mampu menguasai lingkungannya. Dengan demikian seseorang akan mampu memahami
lingkungannya kemudian dapat bertindak dengan benar. Kebenaranlah yang akan
membawa manusia kepada puncak kebahagiaan hidupnya. (Wiramihardja. 2006: 4).
Karena selalu berhadapan dengan alam yang begitu
luas dan penuh misteri, maka timbullah keheranan pada diri manusia terhadap
alam, kemudian timbullah pertanyaan-pertanyaan atas segala sesuatu dan
peristiwa yang terjadi di alam ini.
Masyarakat primitif hidup dalam kesederhanaan dalam berbagai aspek, baik
aspek materi maupun aspek kepercayaan. Mereka hidup dengan bergantung kepada
alam, namun alam ada kalanya tidak bersahabat dengan mereka. Air yang mereka
anggap sangat bermanfaat tiba-tiba mendatangkan bencana, seperti banjir dan
melongsorkan tanah. Tanah yang menjadi tempat tumbuhnya berbagai tanaman yang
menjadi sumber penghidupan mereka, tiba-tiba bergoyang dan menghancurkan
segalanya. Hal semacam inilah yang menimbulkan kepercayaan bahwa alam memiliki
kekuatan yang melebihi kekuatan manusia. Kekuatan itu tidak tampak dan liar
tetapi mempunyai pengaruh terhadap kehidupan manusia.
Dari hal tersebut di atas, muncullah
kepercayaan dinamisme bahwa setiap benda
mempunyai kekuatan gaib (misterius). Benda-benda tertentu dianggap mempunyai
kekuatan gaib yang sangat besar, sehingga dipuja sebagai benda bertuah atau
mempunyai kesaktian yang dapat digunakan untuk melawan musuh, menyuburkan
tanah, menyembuhkan penyakit dan sebagainya.
Kemudian, muncul pula kepercayaan
animisme yang beranggapan bahwa semua
benda, baik yang bernyawa maupun yang tidak bernyawa mempunyai jiwa atau roh.
Jiwa atau roh menurut kepercayaan masyarakat primitif mempunyai kekuatan dan
kehendak, merasa senang dan susah. Jikalau roh sampai marah, maka akan
membahayakan hidup manusia. Oleh karena itu, manusia harus menjaga agar roh itu
tidak marah dengan mencari kerelaannya. Cara untuk merayu roh agar tidak marah
yaitu dengan memberi sesajian berupa makan atau dengan memberikan kurban.
Para ahli agama berpendapat bahwa dinamisme
lebih dulu muncul dari pada animisme. Dalam dinamisme belum ada kepercayaan
pada roh orang yang meninggal yang bisa menjalin persahabatan dengan keluarga
yang masih hidup. Kepercayaan demikian baru muncul dalam animisme. Dengan
demikian dinamisme muncul lebih dulu dari pada animisme, lagi pula dinamisme
lebih sederhana dari pada animisme. Dari animisme kemudian meningkat menjadi
politeisme. (Bakhtiar. 1997: 65)
Kepercayaan kepada benda yang mempunyai kekuatan gaib
(dinamisme), meningkat menjadi kepercayaan kepada roh yang disebut animisme.
Pada perkembangannya animisme tidak berhenti pada anggapan bahwa semua benda
mempunyai roh, tetapi meningkat pada kepercayaan bahwa di antara benda-benda
yang mempunyai roh itu ada yang sangat kuat sehingga menimbulkan pengaruh pada
alam. Benda yang dianggap mempunyai kekuatan yang paling besar itulah yang
dijadikan simbul penyembahan dan peribadatan.
Roh yang menjadi simbul penyembahan pada
kepercayaan animisme itu akhirnya diberi nama sesuai dengan fungsinya, seperti
dewa api, dewa laut, dewa petir, dewa hujan dan sebagainya. Dengan demikian
dari kepercayaan animisme meningkat menjadi politeisme yang mayakini adanya
banyak dewa. Dewa-dewa itulah yang mempunyai kekuatan besar dan yang
mengendalikan alam ini sehingga para dewa itu harus dipuja dan disembah.
Perkembangan kepercayaan dari dinamisme
menjadi animisme kemudian menjadi politeisme bahkan akhirnya meningkat menjadi
monoteisme, merupakan rentetan sejarah peradaban dan pemikiran manusia dalam
upayanya mencari jawaban atas keheranan dan pertanyaan-pertanyaan mereka
terhadap kekuatan yang ada dibalik alam semesta ini. Ketidakpuasan terhadap
mitos-mitos yang dilandasi oleh kepercayaan-kepercayaan dalam menjawab
keheranan dan pertanyaan-pertanyaan inilah yang melatar belakangi timbunya
filsafat. Manusia yang sudah tidak percaya lagi dengan adanya mitos-mitos
kemudian berusaha menemukan hukum-hukum kesamaan dan urutan logis yang terdapat
dalam fakta-fakta. Ilmu positif adalah ilmu yang diambil dari data yang
empiris, kemudian dihubungkan dengan pengertian umum yang berasal dari akal.
(Bakhtiar.1997:75)
2.
KEMUNCULAN SOFISME DAN SKEPTISISME
Pada abad ke-5 sebelum masehi, dilaporkan
adanya sekelompok sarjana yang dalam bahasa yunani disebutkann dengan “sofis”
orang bijak atau orang berilmu. Akan tetapi,
biarpun berinformasi luas mengenai ilmu pengetahuan pada masanya,mereka
tidak meyakini adanya kebenaran-kebenaran pasti, mereka juga menafikan
kebenaran-kebenaran yang diketahuinya secara pasti.
Ungkapan sofisme yang semula berarti orang bijak atau sarjana,
lantaran disematkan pada orang orang diatas, mengakibatkan kehilangan makna
dasarnya dan menjadi simbol pola pikir yang menyesatkan. Dari ungkapan inilah,
kata arab sufisthi dan juga Safsathah muncul.
Selain sofisme muncul juga faham yang disebut
dengan skeptisisme. Menurut kamus besar bahasa indonesia skeptisisme berasal
dari kata “Skep-tis” yaitu kurang
percaya, ragu ragu. Sedangkan Sekeptisisme adalah aliran (kepercayaan) yang
memandang sesuatu selalu tidak pasti
(meragukan, mencurigakan). Jadi secara umum skeptisisme adalah ketidak
percayaan atau keraguan seseorang tentang sesuatu yang belum tentu
kebenarannya. Dalam ilmu filsafat skeptisisme lebih bermakna khusus untuk suatu
atau dari beberapa sudut pandang. Termasuk sudut pandang tentang:
1.
Sebuah
pertanyaan,
2.
Metode mandapatkan pengetahuan melalui
keraguan sistematis dan terus menerus pengujian,
3.
Kesembarangan,
relativitas, atau subyektivitas dari nilai nilai moral,
4.
Keterbatasan
pengetahuan,
5.
Metode
intelektual kehati-hatian dan pertimbangan yang di tangguhkan.
3.
MASA
PERTUMBUHAN FILSAFAT
a.
Munculnya Filsafat
Filsafat, terutama
Filsafat Barat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke 7 S.M.. Filsafat
muncul ketika orang-orang mulai berpikir-pikir dan berdiskusi akan keadaan
alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri
kepada agama lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.
Banyak yang
bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah yang
beradab lain kala itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya
sederhana: di Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta
pendeta sehingga secara intelektual orang lebih bebas.
Orang Yunani pertama
yang bisa diberi gelar filsuf ialah Thales dari Mileta, sekarang
di pesisir barat Turki. Tetapi filsuf-filsuf Yunani yang terbesar tentu saja
ialah: Sokrates, Plato dan Aristoteles. Sokrates adalah
guru Plato sedangkan Aristoteles adalah murid Plato. Bahkan ada yang
berpendapat bahwa sejarah filsafat tidak lain hanyalah “Komentar-komentar karya
Plato belaka”. Hal ini menunjukkan pengaruh Plato yang sangat besar pada
sejarah filsafat.
b.
Zaman Yunani
Kuno
Periode filsafat Yunani merupakan periode
terpenting dalam sejarah peradaban manusia. Hal ini disebabkan karena pada saat
itu terjadi perubahan pola pikir mitosentris yaitu pola pikir yang sangat
mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena alam. Pada saat itu, gempa bumi
bukanlah suatu fenomena biasa melainkan suatu fenomena di mana Dewa Bumi yang
sedang menggoyangkan kepalanya.
Pada periode ini muncullah filosof pertama
yang mengkaji tentang asal usul alam
yaitu Thales (624-546 SM). Pada masa itu, Ia mengatakan bahwa asal alam
adalah air karena unsur terpenting bagi setiap makhluk hidup adalah air. Air
dapat berubah menjadi gas seperti uap dan benda padat seperti es, dan bumi ini
juga berada di atas air. Sedangkan Heraklitos berpendapat bahwa segala yang ada
selalu berubah dan sedang menjadi. Ia mempercayai bahwa arche (asas yang
pertama dari alam semesta) adalah api. Api dianggapnya sebagai lambang
perubahan dan kesatuan. Api mempunyai sifat memusnahkan segala yang ada dan
mengubah sesuatu tersebut menjadi abu atau asap. Sehingga Heracllitos
menyimpulkan bahwa yang mendasar dalam alam semesta ini adalah bukan bahannya,
melainkan aktor dan penyebabnya, yaitu api. Api adalah unsur yang paling asasi
dalam alam karena api dapat mengeraskan adonan roti dan di sisi lain dapat
melunakkan es. Artinya, api adalah aktor pengubah dalam alam ini, sehingga api
pantas dianggap sebagai simbol perubahan itu sendiri.
Selain Heraclitos ada pula permenides.
Permenides lahir di kota Elea. Ia merupakan ahli filsuf yang pertama kali
memikirkan tentang hakikat tentang ada. Menurut pendapat Permenides apa yang disebut sebagai
realitas adalah bukan gerak dan perubahan. Yang ada itu ada, yang ada dapat
hilang menjadi ada, yang tidak ada adalah tidak ada sehingga tidak dapat
dipikirkan. Yang dapat dipikirkan hanyalah yang ada saja, yang tidak ada tidak
dapat dipikirkan. Dengan demikian, yang ada itu satu, umum, tetap, dan tidak
dapat di bagi-bagi karena membagi yang ada akan menimbulkan atau melahirkan
banyak yang ada, dan itu tidak mungkin.
c.
Puncak Keemasan Filsafat
Zaman keemasan atau puncak dari filsafat
Yunani Kuno atau Klasik, dicapai pada masa Sokrates (± 470 – 400 SM), Plato
(428-348 SM) dan Aristoteles (384-322 SM). Sokrates merupakan anak dari seorang pemahat
Sophroniscos, ibunya bernama Phairmarete yang bekerja sebagai seorang bidan.
Istrinya bernama Xantipe yang terkenal galak dan keras.
Filsafat yunani telah mencapai kejayaannya
sehingga melahirkan peradaban yunani dan menjadikan titik tolak peradaban
manusia di dunia.Filsafat yunani telah menyebar dan mempengaruhi di berbagai
bangsa diantaranya adalah bangsa Romawi, karena Romawi merupakan kerajaan
terbesar di daratan Eropa pada waktu itu. Bangsa Romawi yang semula beragama
kristen dan kemudian kemasukan filsafat merupakan suatu formulasi baru yaitu
agama berintegrasi dengan filsafat, sehingga munculah filsafat Eropa yang tak
lain penjelmaan dari filsafat Yunani.
Para sarjana filsafat mengatakan bahwa
mempelajari filsafat Yunani berarti menyaksikan kelahiran filsafat. Karena itu
tidak ada pengantar filsafat yang lebih ideal dari pada study perkembangan
pemikiran filsafat di negeri Yunani. Alfred Whitehead mengatakan tentang Plato:
“All Western phylosophy is but a series of footnotes to Plato”. Pada Plato dan
filsafat Yunani umumnya dijumpai problem filsafat yang masih dipersoalkan
sampai hari ini.Tema-tema filsafat Yunani seperti ada, menjadi, substansi,
ruang, waktu, kebenaran, jiwa, pengenalan, Allah dan dunia merupakan tema-tema
bagi filsafat seluruhnya.
Ada tiga filsuf dari kota Miletos yaitu
Thales, Anaximandros dan Anaximenes. Ketiganya secara khusus menaruh perhatian
pada alam dan kejadian-kejadian alamiah, terutama tertarik pada adanya
perubahan yang terus menerus di alam. Mereka mencari suatu asas atau prinsip
yang tetap tinggal sama di belakang perubahan-perubahan yang tak henti-hentinya
itu. Thales mengatakan bahwa prinsip itu adalah air, Anaximandros berpendapat
to apeiron atau yang tak terbatas sedangkan Anaximenes menunjuk udara.
Thales juga berpendapat bahwa bumi terletak
di atas air. Tentang bumi, Anaximandros mengatakan bahwa bumi persis berada di
pusat jagat raya dengan jarak yang sama terhadap semua badan yang lain.
Sedangkan mengenai kehidupan bahwa semua makhluk hidup berasal dari air dan
bentuk hidup yang pertama adalah ikan.Dan manusia pertama tumbuh dalam perut
ikan.Sementara Anaximenes dapat dikatakan sebagai pemikir pertama yang
mengemukakan persamaan antara tubuh manusia dan jagat raya.Udara di alam
semesta ibarat jiwa yang dipupuk dengan pernapasan di dalam tubuh manusia.
Filosof berikutnya yang perlu diperkenalkan
adalah Pythagoras.Ajaran-ajarannya yang pokok adalah pertama dikatakan bahwa
jiwa tidak dapat mati.Sesudah kematian manusia, jiwa pindah ke dalam hewan, dan
setelah hewan itu mati jiwa itu pindah lagi dan seterusnya.Tetapi dengan
mensucikan dirinya, jiwa dapat selamat dari reinkarnasi itu.Kedua dari penemuannya
terhadap interval-interval utama dari tangga nada yang diekspresikan dengan
perbandingan dengan bilangan-bilangan, Pythagoras menyatakan bahwa suatu gejala
fisis dikusai oleh hukum matematis.Bahkan katanya segala-galanya adalah
bilangan. Ketiga mengenai kosmos, Pythagoras menyatakan untuk pertama kalinya,
bahwa jagat raya bukanlah bumi melainkan Hestia (Api), sebagaimana perapian
merupakan pusat dari sebuah rumah.
Pada Zaman Pythagoras ada Herakleitos Di
kota Ephesos dan menyatakan bahwa api sebagai dasar segala sesuatu. Api adalah
lambang perubahan, karena api menyebabkan kayu atau bahan apa saja berubah
menjadi abu sementara apinya sendiri tetap menjadi api. Herakleitos juga
berpandangan bahwa di dalam dunia alamiah tidak sesuatupun yang tetap.Segala sesuatu
yang ada sedang menjadi.Pernyataannya yang masyhur “Pantarhei kai uden menei”
yang artinya semuanya mengalir dan tidak ada sesuatupun yang tinggal
tetap.Filosof pertama yang disebut sebagai peletak dasar metafisika adalah
Parmenides.Parmenides berpendapat bahwa yang ada ada, yang tidak ada tidak ada.
Konsekuensi dari pernyataan ini adalah yang ada 1) satu dan tidak terbagi, 2)
kekal, tidak mungkin ada perubahan, 3) sempurna, tidak bisa ditambah atau
diambil darinya, 4) mengisi segala tempat, akibatnya tidak mungkin ada gerak
sebagaimana klaim Herakleitos.
Pemikiran paling masyhur yang berdiri
menentang kaum sofis dan menyanggah gagasan-gagasan mereka adalah Socrates.
Dialah orang yang menamai dirinya dengan philosophus, pencinta kebikjasanaan.
Para sejarahwan filsafat menyebutkan dua alasan Scorates memilih nama tersebut
: kerendahan hati yang selalu mengakui kebodohan dirinya; dan tentangan bagi
sofis yang menyebut diri mereka sarjana,
Dengan pilihan tampaknya Socrates hendak memahamkan mereka: melibatkan diri
dalam pembahasan dan perdebatan, pengajaran dan pembelajaran, demi tujuan
material dan politik, tidaklah layak menyandang gelar ‘orang bijak’. Bahkan,
saya yang menolak gagasan-gagasan Anda dengan alasan-alasan jauh lebih kukuh,
tidak merasa layak menyandang gelar itu, dan lebih memilih nama pecinta
kebijaksanaan.
Sejak pertama kali socrates menyebut dirinya
sebagai filosof, istilah filsafat digunakan
sebagi lawan dari sophistry (kesofian atau kerancuaan berfikir), dan
memuat seluruh ilmu hakiki, seperti fisika, kimia, kedokteran, astronomi,
matematika,dan teologi sampai sekarang. Dalam perpustakaan dunia ilmu fisika,
dan kimia masih digolongkan kedalam ilmu
filsafat. Cuma bidang bidang berdasarkan kesepakatan seperti bidang
kosakata, tata kalimat, dan tata bahasa yang berada diluar wilayah filsafat.
Atas dasar itu filsafat dianggap sebagai
kata umum untuk seluruh ilmu hakiki yang dibagi menjadi dua kelompok umum: ilmu
teoritis dan ilmu praktis. Ilmu teoritis meliputi ilmu-ilmu alam, matematika,
dan teologi. Ilmu alam meeliputi Kosmologi, botani, dan zoologi, ilmu
matematika meliputi aritmatika, geometri, astronomi dan musik, ilmu teologi
dibagi menjadi dua kelompok : metafisika atau perbincangan yang meliputi
seputar wujud. Dan teologi Ketuhanan. Ilmu-ilmu praktis bercabang tiga:
moralitas atau ahlak, ekonomi domestik, dan politik.
4.
AKHIR
FILSAFAT YUNANI
Akhir filsafat yunani diawali dengan
kemandekannya para murid-murid dari kedua tokoh filsafat yaitu Plato dan
Aristoteles, setelah kedua guru tersebut meninggal. Walaupun pada mulanya
murid-murid ini cukup meramaikan pasar filsafat. Kegairahannya berangsur hilang
dari peredaran. Guru-guru ilmu pengetahuan berpindah dan menetap di
Aleksandria, karam dalam penelitian dan pendidikan yang berlangsung sampai abad
ke-4 sebelum Masehi.
Tatkala kekaisaran
Romawi memeluk agama Kristen dan menyebarkan doktrin Gereja sebagai keyakinan
dan ajaran resmi, Kaisar Romawi Timur, pada 529 M memutuskan untuk menutup
seluruh universitas dan sekolah di seluruh Athena dan Aleksandria. Kejadian itu
mengakibatkan para sarjana mengungsi menyelamatkan diri ke berbagai kota dan
negara lain. Dengan begitu cahaya obor ilmu pengetahuan dan filsafat padam di
Kekaisaran Romawi.
5.
TERBITNYA
FAJAR ISLAM
Pada abad
ke-6 M peristiwa paling besar terjadi, yaitu hijrahnya Nabi Muhammad SAW.
Beliau mendorong umatnya untuk memperoleh ilmu dan kebijaksanaan. Berkat seruan
Nabi tersebut umat muslim mulai mempelajari dan menerjemahkan berbagai ilmu
warisan Yunani, Roma, dan Persia ke dalam bahasa Arab. Mereka berhasil menyumbangkan
ilmu temuan seperti aljabar, astronomi, fisika dan kimia.
Perkembangan kebudayaan Islam kemudian dipengaruhi juga oleh unsur
politis. Rezim Umayah dan Abbasiyah berupaya memegahkan rezim mereka dengan
para sarjana dan pakar yang dibekali dengan beraneka rupa ilmu Yunani, Romawi,
dan Persia agar mereka mau menjajakan ilmu pengetahuan di tengah-tengah
masyarakat. Dengan cara ini gagasan filsafat, ilmu pengetahuan dan seni
mengalami perkembangan. Lalu kaum muslim pun mulai menyelidiki, mengadopsi, dan
menyanggah pernak-pernik asing ini. Dengan berjerih payah tokoh-tokoh cemerlang
bermunculan dalam bidang sains dan filsafat. Dan akhirnya kebudayaan Islam pun
menghasilkan buah.
6.
PERKEMBANGAN
FILSAFAT DI ZAMAN ISLAM
Pada masa berkuasanya Bani Umayyah, pengaruh
filsafat dan ilmu pengetahuan Yunani belum begitu kelihatan. Hal ini disebabkan
masa ini adalah masa di mana kaum muslimin masih disibukkan dengan persoalan
penakhlukan dan perluasan wilayah ke daerah-daerah sekitarnya. Selain dari itu,
kegiatan kaum muslimin masih banyak mengacu pada kebudayaan Arab. (Zar. 2009:
34).
buku-buku ilmu pengetahuan Yunani juga sudah
dimulai pada masa Daulah Amawiyyah ini. Buku-buku yang diterjemahkan pada masa
ini adalah yang erat kaitannya dengan keperluan hidup praktis, seperti buku
kimia dan kedokteran. Penerjemahan pada masa ini antara lain disponsori oleh
khalifah Marwan Ibnu Al-Hakam, khalifah Khalid Ibnu Yazid dan khalifah Umar
Ibnu Abdu Al-‘Aziz. (Zar. 2009: 34-35). Buku ilmiah pertama yang diterjemahkan
oleh orang Arab adalah Ilmu Kedokteran pada masa khalifah Marwan Ibnu Al-Hakam
pada tahun 64-65 H. (Boy. 2003: 32)
Kegiatan penterjemahan mencapai masa
keemasan pada masa khalifah Al-Makmun. Beliau termasuk intelektual yang sangat
menggandrungi ilmu pengetahuan dan filsafat. Beliau mendirikan akademi “Bait Al-Hikmah” yang dipimpin oleh Hunain
Ibnu Ishaq, seorang nasrani yang ahli bahasa Yunani dibantu oleh anaknya Ishaq
Ibnu Hunain, Sabit Ibnu Qurra, Qusta Ibnu Luqas, Hudaibah Ibnu Al-Hasni, Abu
Bishsr Matta Ibnu Yunus, Al-Kindi dan lain-lain. Akademi ini tidak hanya
dipakai sebagai tempat penerjemahan, tetapi juga dipakai sebagai pusat
pengembangan filsafat dan ilmu pengetahuan. Di luar Bagdad; kota Marwa (Persia
Tengah), Jundisapur dan Harran juga melakukan kegiatan penerjemahan. (Zar.
2009: 34-36).
Selain dikenal sebagai zaman kejayaan Islam,
periode Abbasiyyah ini dapat juga dikatakan sebagai masa kebangkitan sekaligus
masa keemasan bagi filsafat dan ilmu pengetahuan di dunia Islam. Hal ini
ditandai dengan kemunculan banyak tokoh-tokoh filsafat dan ilmuwan Muslim
seperti, Al-Farabi, Ibnu Rusyd, Al-Ghazali, Ibnu Bajjah, Ibnu Miskawaih dan
sebagainya. Selain kemajuan di bidang filsafat dan ilmu pengetahuan eksakta
seperti, matematika, biplogi, kimia, dan lain-lain, sejarah juga mencatat
kemajuan ilmu-ilmu keislaman dalam bidang tafsir, hadits, fiqih, dan
sebagainya.
Seiring
dengan meluasnya wilayah pemerintah Islam terdapat pertukaran gagasan antara
para sarjana dan penerjemahan dari beragam bahasa kedalam bahasa arab yang
telah menjadi bahasa internasional umat muslim. Pada mulanya tiadanya bahasa
bersama dan peristilahan dan ketidakcocokan asas-asas filsafat barat dan timur,
menyukarkan pengajaran filsafat. Hingga muncullah jenius-jenius seperti Abu
Nashr Al-Farabi dan Ibn Sina yang mampu menyerap keseluruhan pemikiran filsafat
pada zaman itu. Mereka berhasil me-review dan memilih sejumlah kaidah filsafat
yang pas dan membeberkan sebuah sistem filsafat yang sempurna. Meskipun
demikian , bagian terbesar dari sistem ini berasal dari Aristoteles, sehingga
warna Aristotelian dan peripatetiknya pun cukup kentara.
Selanjutnya, sistem filsafat ini mendapat kritis dari para pemikir,
seperti Al-Ghazali, Abu Al-Barakat Al Baghdadi dan Fakhr Al-Din Al-Razi. Pada
sisi lain Syihab Al-Din Al-suhrawardi mendirikan aliran filsafat baru yang
dinamai filsafat Iluminasionis, yang warna Platoniknya lebih pekat lagi.
Berabad-abad kemudian, filosof-filosof besar seperti Khwajah Nashrir
Al-Din Al-Thusi, Muhaqqiq Dawani, Sayyid Shadr Al-Din Al-Dasytaki, Syaikh
Al-Baha’i dan Mir Muhammad Damad berhasil memperkaya filsafat Islamdengan
curahan gagasan cemerlang mereka. Akhirnya Shadr Al-Din Al-Syirazi atau Mulla
Shadra memperkenalkan sistem filsafat baru yang menggabungkan
elemen-elemen serasi dalam filsafat peripatetik, iluminasionisme, dan
penyingkapan-penyingkapan mistis, yang ditambah beragam ide dan fikirannya yang
menawan yang dia menyebutnya dengan teosofi transenden atau hikmat-e
muta’aliyah.
BAB III PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Manusia selalu berhadapan dengan alam yang
begitu luas dan penuh misteri. Fenomena alam yang berpengaruh langsung terhadap
kehidupan manusia menimbulkan keheranan dan berbagai pertanyaan. Dengan
kekuatan akalnya manusia terus berusaha mencari jawaban tentang segala sesuatu
atau kekuatan yang ada dibalik peristiwa alam yang serba misterius tersebut.
Usaha manusia untuk mencari jawaban dari pertanyaan yang ditimbulkan oleh rasa
heran itu kemudian mendorongnya untuk menemukan hukum-hukum kesamaan dan urutan
logis dalam fakta-fakta untuk mengetahui hakikat segala sesuatu. Dengan kata
lain, karena hal-hal sebagaimana tersebut, maka terdoronglah manusia untuk
melakukan kegiatan filsafat.
Filsafat, terutama
Filsafat Barat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke 7 S.M.. Filsafat
muncul ketika orang-orang mulai berpikir-pikir dan berdiskusi akan keadaan
alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri
kepada agama lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.
Perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan
Islam mencapai keemasannya pada masa Daulah Abbasiyyah, bertepatan dengan
dicapainya Zaman kejayaan Islam. Pada masa ini banyak dilakukan kegiatan
penerjemahan filsafat dan ilmu pengetahuan Yunani ke dalam bahasa Arab, yang
pada gilirannya hal ini banyak melahirkan filosof dan ilmuwan Islam sehingga
peradaban Islam mencapai puncak kejayaannya. Selama berabad-abad peradaban
Islam berada pada puncak kejayaannya yang cemerlang, di mana pada saat yang
sama wilayah yang jauh dari kekuasaan Islam masih berada pada masa kegelapan.
B.
SARAN
Pemaparan penulis
mengenai SELAYANG PANDANG PERJALANAN PEMIKIRAN FILSAFAT ( Dari Awal Hingga
Zaman Islam ) berupa kutipan-kutipan dari beberapa referensi yang dapat dipertanggung
jawabkan dengan perubahan seperlunya. Oleh karena itu, jika ditemukan
kejanggalan di dalamnya, penulis mengharapkan kritik pembaca demi peningkatan
kualitas makalah dan kredibilitas penulis.
DAFTAR PUSTAKA
- Yazdi,
Mishbah MT. Prof, 2010. Philosophical Instructions: An Introduction to
Contemporary Islamic Philosophy, terj: Buku Daras Filsafat Islam, Shadra Press,
Jakarta.
- Al-Ahwani, Ahmad, Fuad. 1997. Filsafat Islam. Diterjemahkan oleh Pustaka
Firdaus. Jakarta: Pustaka Firdaus.
- Bakhtiar, Amsal. 2009. Filsafat Ilamu. Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada.
- Bakhtiar, Amsal. 1997. Filsafat Agama. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
- Boy, Pradana. 2003. Filsafat Islam. Malang: UMM Press.
- Fakhry, Majid. 1987. Sejarah Filsafat Islam. Diterjemahkan oleh R.
Mulyadhi Karanegara. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.